Mengenai hukum berjilbab, saya tak akan membahasnya. Karena sebenarnya sudah sangat jelas. Hanya mengenai mau dan tidaknya mengamalkan, itu menjadi pertanggungjawaban masing-masing pada Sang Pemilik kehidupan.
Saya hanya ingin membagi pertanyaan yang cukup membuat saya berpikir. Teman saya pernah ada yang bertanya, “Seandainya tak ada syariat kewajiban berjilbab, apakah kamu akan tetap berjilbab?”. Jawaban saya, jika memang tak ada syariat berjilbab, mungkin saya tak akan mengenal jilbab karena mungkin tak akan ada fashion berjilbab di dunia ini (jilbab yang saya maksud di sini adalah jilbab yang menutup aurat secara sempurna, bukan sekedar penutup kepala), jadi saya tak akan berjilbab. Akan tetapi, saya akan mengenakan pakaian yang tetap tertutup dan sopan. Saya tak akan mengenakan rok mini dan pakaian lain yang terbuka, karena saya tak ingin memamerkan tubuh saya pada mata-mata lelaki yang seperti serigala (maaf, untuk kaum adam). Saya sabagai wanita merasa nyaman dan aman dengan pakaian tertutup.
Saya yakin bahwa para wanita yang berkeliaran dengan pakaian terbuka jika mereka masih normal, mereka pasti tetap merasa risih jika ada mata pria yang memandang tubuhnya dengan tatapan yang tidak wajar atau bahkan sampai menggoda dan melecehkan. Hati kecil mereka tetap akan merasa tak rela dan merasa kehormatannya dilecehkan.
Dari jawaban saya ini, akan saya kaitkan dengan fashion jilbab yang saat ini menjamur bahkan menumbuhkan komunitas-komunitas hijabers. Semakin banyak wanita muslimah yang berjilbab. Tapi hal ini pun menimbulkan pro-kontra. Banyak yang mendukung, tak sedikit pula yang mencemooh mengenai fashion hijabers saat ini. Banyak yang (mungkin) niatannya meluruskan cara berpakaian atau memakai hijab yang benar, justru terkesan mencemooh. Lalu akan timbul pertanyaan, “Memang cara berjilbab yang benar bagaimana?”, dan bahkan akan keluar pernyataan, “Jangan merasa benar sendiri dong!”.
Mungkin ada sebagian yang merasa model hijab saat ini salah atau jauh dari syariat. Yang benar itu harus memakai pakaian seperti di arab, berwarna gelap dan bercadar. Saya tidak menyalahkan sepenuhnya pendapat ini, tetapi sepertinya perlu sedikit dikoreksi. Secara esensinya, jilbab merupakan penutup aurat. Artinya penutup bagian-bagian tubuh yang tak boleh diperlihatkan pada selain mahrom (untuk mahromnya silakan cari ilmunya). Dan sepanjang yang saya tau sampai detik ini (mungkin karena kebodohan saya), saya belum menemukan ketentuan-ketentuan yang paten mengenai jilbab. Dalam Al-quran dan sunnah (maaf, terpaksa menggunakan dalil juga), hanya diberikan batasan-batasan umumnya saja, yaitu hanya boleh menampakkan wajah dan telapak tangan. Jadi jelas, cadar hukum asalnya bukan wajib.
Dan selanjutnya mari kita bahas mengenai warna pakaian dan model pakaian. Apakah pakaian muslimah harus gelap atau hitam? Sekali lagi, maaf mungkin katena kebodohan saya, saya belum menemukan dalil yang mengharuskan wanita memakai pakaian berwarna gelap. Apalagi mengenai model pakaian, tak ada ketentuannya. Saya hanya tau batasan umumnya, tidak tipis atau menerawang dan tidak ketat karena akan membentuk badan yang harus ditutupi (percuma ditutupi tapi masih membentuk badan). Serta saya tambahkan tidak menarik perhatian lawan jenis saat dikenakan, sifat menarik ini sangat subjektif, saya sendiri belum bisa memberi batasan yang secara tegas. Hanya saja, saya mengingatkan, esensi hijab adalah menutup aurat atau perhiasan wanita, jika pakaian yang digunakan justru berfungsi untuk perhiasan dan sangat menarik perhatian lawan jenis, hal ini akan menyimpang dari tujuan awal berhijab.
Saya pernah membaca suatu perumpamaan yang bagus mengenai warna dan model hijab, tapi maaf saya lupa sumbernya dan perumpamaannya saya modifikasi sedikit. Jika ada 15 bola hitam di dalam kotak lalu ditambah 1 bola berwarna kuning, mana yang lebih menarik perhatian? Dan lagi, jika di dalam kotak yang lain, ada 7 bola berwarna biru, 7 bola berwarna hijau dan 1 bola berwarna hitam, mana yang lebih menarik perhatian??
Kesimpulan saya, mengenai warna dan model hijab itu tidak ada ketentuan yang pasti. Jadi boleh saja menggunakan pakaian warna-warni dengan model yang tidak melanggar batasan umum; tidak tipis, tidak ketat, menutup dada, serta model tidak berlebihan yang bisa menarik perhatian. Dan untuk yang mau mengenakan jubah dan bercadar, silakan, hanya saja tak perlu mencemooh yang lain.
Wallohu’alam wastaghfirulloh.
----------------------
Tulisan ini, pernah aku publikasikan di media Kompasiana dengan judul Model Jilbab Mestinya Bagaimana ?. Tulisan ini aku buat sengaja untuk menanggapi tulisan-tulisan yang sudah ada tentang jilbab, dan sekarang sengaja juga aku posting di blog pribadi sebagai pengingat untuk aku pribadi dan juga semoga bisa bermanfaat untuk muslimah yang lain.
Tulisan ini, murni hasil opini aku tentang jilbab dan bagaimana cara berjilbab, dan tentunya beginilah aku memahami jilbab dan mempraktekannya di dunia nyata. Ini bukan penyampaian tentang fiqih apalagi syariat. Jadi, mohon maaf jika mungkin ada pembaca yang merasa berseberangan dengan pendapat ini. :)
iya mbak, daripada saling mencemooh, lebih baik kita saling mendoakan :)
BalasHapus