Sudah lama aku nggak nulis di blog ini,
setelah menikah aku sadar aku sangat jarang menggunakan sosmed kecuali bbm.
Syndrome orang abis nikah kali ya, hhehe.
Kali ini aku sedang berusaha membuang
rasa malas, aku ingin menulis, dan aku ingin sekali menulis tentang suamiku,
yah..meski ini tulisan mungkin sangat nggak bermutu, tapi sungguh aku ingin
sekali menulis. Alhamdulillah, rasa syukur kupanjatkan padaMu ya Robb yang
telah menghadirkan seorang suami yang begitu menyayangiku dan selalu bersabar
menerima segala kekuranganku. Jaga dia ya Robb, ampuni dosa-dosanya dan perbaiki
kekurangan-kekurangnnya serta dekaplah selalu dia dalam hidayahMu, jadikan dia
imam yang baik untukku agar kami bisa saling menuntun menuju syurga-Mu. Aamiin
Sungguh, aku tak akan mengkufuri nikmat
Allah berupa suami yang begitu romantis dan perhatian kepadaku, dan semoga
sampai kapan pun aku tak akan pernah mengkufuri nikmat ini.
Aku nggak berniat memamerkan manisnya
suami kepada dunia dan membuat panas bagi yang belum menikah. Sama hal-nya dengan suamiku yang selalu bilang: “aku sangat bersyukur mendapatkan istri
seperti kamu.”, aku pun sangat bersyukur mendapat suami sepertinya, jadi
aku merasa perlu menuliskan dan menunjukkan pada dunia tentang kebaikan suamiku
pada dunia J
Sikap romantis yang pertama dan akan
selalu membekas di hatiku adalah ketika (calon) suamiku mengenalkan dirinya
pada keluarga saat pertama kali kami bertemu dan dengan beraninya dia langsung
meminta pada kedua orang tuaku, menyampaikan tujuannya: ingin mengenalku dan
jika aku berkenan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Ah..sungguh,
jujur, mendengarnya aku langsung luluh. Caranya meminta pada orang tuaku,
sangat santun dan tak berbelit-belit. Sebelumnya aku pernah berta’aruf dengan
seorang pria, tapi caranya berbeda, kurang gentleman
aku bilang. Apalagi kalo dibandingkan dengan beberapa lelaki yang juga
pernah berniat meminangku, mereka terkesan memaksaku, tak memberi aku pilihan.
Hal romantis kedua yang aku terima dari
(calon) suamiku adalah ketika aku diajak ke rumahnya untuk dikenalkan dengan
orang tua, adek dan neneknya. Rasanya luar biasa saat dia kembali datang ke
rumah, lalu meminta izin pada ayahku: saya mau meminjam putri bapak untuk
dikenalkan dengan orang rumah. Mendengar setiap kata yang terucap olehnya,
membuatku yakin untuk menerimanya.
Hal romantis ketiga yang (calon)
suamiku lakukan sebelum kami menikah adalah dia membawaku ke rumah temannya
yang berprofesi sebagai penjahit. Awalnya aku benar-benar tak mengerti dengan
jalan pikirannya, untuk apa aku diajak ke penjahit. Ternyata dia ingin
mempersiapkan gaun untuk akad nikah kami. What???
Aku hampir tak percaya, dia berpikir sejauh itu, aku tak pernah memintanya,
berpikir saja aku tak pernah. Aku tak pernah merencanakan membuat baju untuk
pernikahanku.
Sikap-sikap romantis berikutnya tentu
saja proses-proses menuju pernikahan kami: saat proses khitbah resmi, mendaftar di
KUA dan tentu saja saat prosesi akad. MasyaAllah, begitu banyak hal yang uda
suamiku lakukan dan perjuangkan demi lancarnya proses menuju pernikahan kami.
Semua urusan administrasi untuk pendaftaran di KUA yang ngurus (calon) suami.
Bahkan pasfotoku untuk syarat administrasi saja, (calon) suamiku yang nyetakin,
hhehehe..manja sekali ya aku.
Itu hal-hal romantis yang pernah
suamiku lakukan sebelum kami menikah. Setelah menikah? Ah, tentu saja lebih
banyak, dari hal-hal kecil seperti memanaskan air untuk mandiku, mengecup
keningku setiap malam sebelum dia tidur, dan lain sebagainya, bahkan ada hal
yang mampu membuatku menitikkan air mata: suamiku rela tidak tidur malam saat
aku opname, demi memastikan cairan infusku yang hampir habis, dan masih banyak hal romantis yang dia lakukan
tapi nggak bisa aku ceritakan pada dunia karena bisa jadi dosa, hehhe.
Yah, pada akhirnya, hanya ada satu ayat
yang kini terngiang: “Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan?”
Teruntuk suamiku, bapak dari (calon)
anakku, I LOVE YOU MORE THAN I CAN SAY
ini suami menuhin janji ngajak ke telaga warna dieng |
subhanallah... alhamdulillah.. semoga sakinah mawadah warahmah sampai hanya ajal yang memisahkan... amiin
BalasHapusaamiin
Hapusterima kasih :)