Tampilkan postingan dengan label ceritaku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ceritaku. Tampilkan semua postingan

Minggu, 31 Mei 2015

Jadi bundanya Iqbal

Assalamu’alaikum
Alhamdulillah..akhirnya tersampaikan di bulan Juni. Bulan Juni bagi saya masih saja terasa istimewa, mungkin karena selama 20 tahun lebih saya menganggap bulan Juni adalah bulan di mana saya dilahirkan.

Sudah lama saya absen dari dunia blog ini, terakhir posting sejak sebelum cuti melahirkan. Alhamdulillah sekarang buah hati telah lahir dan usianya sudah jalan 4 bulan, otomatis gelar IBU sudah resmi saya sandang, secara resmi pun sudah diakui negara soalnya Iqbal sudah punya akte kelahiran, meski kadang saya merasa tersanjung gegara ada SPG yang sungkan memanggil saya “Bu” karena katanya saya masih muda, padahal mah saya sudah masuk usia seperempat abad ini ^^ *pipi saya jadi memerah*

Kali ini saya mau berbagi tentang indahnya menjadi seorang ibu. Alhamdulillah Jumat, 13 Februari 2015 pukul 05.59 dari rahim saya ini lahir seorang anak laki-laki sholeh (insyaAllah, aamiin). Tentang rasanya melahirkan? Subhanallah, luar biasa, pantas saja Allah menjanjikan surga dengan gelar syahid bagi seorang ibu yang meninggal karena melahirkan. Perjuangan seorang ibu tak selesai  di situ saja, setelah melahirkan seorang ibu harus menyusui dan merawat anaknya. Dan tak heran, dalam hadist shahihnya Rasulullah S.A.W memerintahkan untuk berbakti pada ibunda 3X baru kepada ayah. Mungkin karena untuk ‘membalas’ perjuangan ibu mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat anak yang untuk melakukannya butuh tenaga dan kesabaran ekstra.

Haduh, kok rasa-rasanya saya masih kaku ya buat nulis panjang lebar. Yah, karena ini pemanasan jadi saya rasa cukup dulu lah ya, hhehe

Untuk pelengkapnya saya posting video Iqbal saja. Owh iya, nama anak lelaki sholeh saya Iqbal Fauzi Adiwibowo, ini nama pemberian ayahnya, nama belakang pake nama ayahnya. Awalnya mau dikasih nama Iqbal Hamzi Adiwibowo, tapi karena eyang kakungnya tidak setuju akhirnya digantilah menjadi seperti sekarang.



Ini video lama sebenarnya, saya rekam tanggal 5 Mei 2015 saat iqbal masuk usia 3 bulan. Kalo sekarang Iqbal uda lebih gede, dan alhamdulillah uda bisa tengkurep sendiri, insya Allah lain kali aku buat rekamannya.

Kamis, 11 September 2014

caraku mencintai suami (3)

Pagi ini rasanya terharu banget waktu tiba-tiba suami mengelus kepala saya, bukan hal yang luar biasa juga soalnya suami memang cukup sering mengelus kepala dan saya pun sangat senang dengan perlakuannya, saya merasa sangat disayang saat dielus. Hal luar biasanya yang membuat saya terharu adalah saat mengelus kepala saya suami berbisik, “Makanan yang semalem buat kamu uda dimakan adek”. Aku tersenyum dan menjawab, “Iya, nggak papa”. Tapi jujur, saat melihat suami ada perasaan perih, sedikit terharu, saya tahu pasti ada perasaan kecewa yang suami rasakan. Sejak semalam suami sudah ‘kehilangan’ 2 jenis makanan yang sebenarnya ingin diberikan kepada saya, sebagai wujud cinta dan perhatiannya pada istri.

Ah..melankolis sekali saya, air mata tak mampu saya bendung melihat kekecewaan di matanya, tapi saya tak mau suami melihat air mata saya menetes. Ini bukan tentang nilai makanannya, tapi soal usaha suami. Usaha suami untuk istrinya, untuk membahagiakan, untuk mewujudkan rasa cintanya. Saya jadi teringat tentang beberapa hal yang sebelumnya saya tak mengerti maksud suami.

Dulu sebelum menikah, (calon) suami saya telepon, dia meminta saya untuk menghafalkan nomer hp nya, setengah memaksa, dia mengajari saya cara cepat untuk menghafalkannya. Alhamdulillah, tak butuh waktu yang lama saya pun bisa menghafalkannya. Waktu itu saya mau melakukannya hanya demi menghormati dan membalas perhatiannya, karena tanpa saya minta dia sudah menghafal nomer saya. Saat hp saya tertinggal atau saat hp suami hilang, manfaat dari menghafal nomer pasangannya baru saya rasakan. Saya jadi mengerti, suami ingin dia lah yang saya hubungi di saat-saat genting dan sangat butuh bantuan. Dia ingin saya menjadikan dia sebagai prioritas dalam segala keadaan, begitu pun sebaliknya.

Ketika suami marah karena saya sering menunda waktu makan, awalnya saya ingin membalasnya dengan kemarahan. Dari dulu, sejak sebelum menikah, saya memang terbiasa makan telat, bahkan saya leih memilih tidur dulu daripada makan. Ah, tapi lagi-lagi saya dibuat menangis tersedu-sedu, suami saya sangat mencintai saya dan tak ingin saya sakit, sama halnya saat dia rela tidur di ruang tv demi mencegah saya tertular flu karena suami sedang mengidap flu berat.

Ah..memang terkadang saya yang kurang peka dengan perhatian dan cara suami mencinta.

Maaf ya mas, saya masih harus banyak belajar untuk menjadi istri yang baik untukmu. Terima kasih untuk segala cintamu, I love you more than I can say :*

Jumat, 29 Agustus 2014

Sejuta Rasa jadi Calon Bunda (1)

Menjadi seorang ibu adalah cita-citaku yang lama sudah aku impikan, bahkan cita-cita ini mendahului cita-citaku menjadi seorang istri. Padahal, tak mungkin kan ya, aku melahirkan sebelum menikah terlebih dahulu. Yah, mungkin ini karena naluri kewanitaanku untuk menjadi seorang ibu terlalu tinggi.

Menjelang menikah, aku mempersiapkan diri untuk hal ini, kebetulan tanggal menikahku itu saat masa subur berdasarkan kalender bulananku. Jadi dengan semangat menggebu aku sudah mengkonsumsi susu khusus untuk persiapan hamil. Waktu itu aku bilang ke (calon) suami, tentang keinginanku untuk segera punya momongan. Gayung pun bersambut, ternyata (calon) suamiku juga pengen segera punya momongan, alhamdulillah kami satu visi.

Ah, tapi ternyata kami harus bersabar, 2 minggu kemudian tamu bulananku datang lagi. Bulan berikutnya ternyata juga. Bulan berikutnya lagi, tamu bulananku datang terlambat, aku sudah sangat berharap, bahkan aku sudah melakukan testpack, hasilnya negatif, dan ini cukup membuatku trauma. Bulan depannya lagi tamuku terlambat lagi, tapi aku enggan untuk melakukan testpack, mau menunggu lebih lama lagi saja, aku sangat takut kecewa. Apalagi melihat kecewanya suami, aku nggak tega.


Benar saja, saat terlambat masuk hari ke-5, paginya aku merasa tamuku sudah datang lagi. Aku sudah pasrah. Aku nggak mau berharap. Aku takut kecewa. Aku pun segera memberitahu suami, tamu bulananku datang lagi, aku memintanya bersabar. Sorenya aku merasa bingung, tamu bulananku kali ini agak berbeda, tak seperti biasanya. Darah yang keluar cuma sedikit, bisa dibilang hanya flek saja. Malamnya, malah sama sekali nggak keluar. Ada apa dengan aku? Mungkinkah aku hamil? Esok harinya, sepulang kerja aku beli testpack. Saat mandi sore aku memberanikan diri untuk testpack, apa pun hasilnya aku siap. Dan..masyaAllah testpack-ku hasilnya positif. Rasanya aku ingin menangis. Aku hamil ya Allah. Seusai mandi, aku segera ke kamar ingin memberitahu suami, tapi aku ingin sedikit memberi dia kejutan. Tanpa berkata-kata aku memperlihatkan hasil testpack-ku ke suami, dia memeriksanya dan spontan bertanya, “Kamu hamil?”. Aku pun tersenyum sambil mengangguk. MasyaAllah, suami langsung memelukku erat, setelah itu dia berlari ke dapur memberitahu ibu mertua. Aku hanya tersenyum saja mendengar kebahagiaan mereka, Alhamdulillah, setelah 3 bulan menikah akhirnya kami diberikan karunia ini.

Kamis, 21 Agustus 2014

caraku mencintai suami (2)

Sudah lama aku nggak nulis di blog ini, setelah menikah aku sadar aku sangat jarang menggunakan sosmed kecuali bbm. Syndrome orang abis nikah kali ya, hhehe.

Kali ini aku sedang berusaha membuang rasa malas, aku ingin menulis, dan aku ingin sekali menulis tentang suamiku, yah..meski ini tulisan mungkin sangat nggak bermutu, tapi sungguh aku ingin sekali menulis. Alhamdulillah, rasa syukur kupanjatkan padaMu ya Robb yang telah menghadirkan seorang suami yang begitu menyayangiku dan selalu bersabar menerima segala kekuranganku. Jaga dia ya Robb, ampuni dosa-dosanya dan perbaiki kekurangan-kekurangnnya serta dekaplah selalu dia dalam hidayahMu, jadikan dia imam yang baik untukku agar kami bisa saling menuntun menuju syurga-Mu. Aamiin

Sungguh, aku tak akan mengkufuri nikmat Allah berupa suami yang begitu romantis dan perhatian kepadaku, dan semoga sampai kapan pun aku tak akan pernah mengkufuri nikmat ini.

Aku nggak berniat memamerkan manisnya suami kepada dunia dan membuat panas bagi yang belum menikah. Sama hal-nya dengan suamiku yang selalu bilang: “aku sangat bersyukur mendapatkan istri seperti kamu.”, aku pun sangat bersyukur mendapat suami sepertinya, jadi aku merasa perlu menuliskan dan menunjukkan pada dunia tentang kebaikan suamiku pada dunia J

Sikap romantis yang pertama dan akan selalu membekas di hatiku adalah ketika (calon) suamiku mengenalkan dirinya pada keluarga saat pertama kali kami bertemu dan dengan beraninya dia langsung meminta pada kedua orang tuaku, menyampaikan tujuannya: ingin mengenalku dan jika aku berkenan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Ah..sungguh, jujur, mendengarnya aku langsung luluh. Caranya meminta pada orang tuaku, sangat santun dan tak berbelit-belit. Sebelumnya aku pernah berta’aruf dengan seorang pria, tapi caranya berbeda, kurang gentleman aku bilang. Apalagi kalo dibandingkan dengan beberapa lelaki yang juga pernah berniat meminangku, mereka terkesan memaksaku, tak memberi aku pilihan.

Hal romantis kedua yang aku terima dari (calon) suamiku adalah ketika aku diajak ke rumahnya untuk dikenalkan dengan orang tua, adek dan neneknya. Rasanya luar biasa saat dia kembali datang ke rumah, lalu meminta izin pada ayahku: saya mau meminjam putri bapak untuk dikenalkan dengan orang rumah. Mendengar setiap kata yang terucap olehnya, membuatku yakin untuk menerimanya.

Hal romantis ketiga yang (calon) suamiku lakukan sebelum kami menikah adalah dia membawaku ke rumah temannya yang berprofesi sebagai penjahit. Awalnya aku benar-benar tak mengerti dengan jalan pikirannya, untuk apa aku diajak ke penjahit. Ternyata dia ingin mempersiapkan gaun untuk akad nikah kami. What??? Aku hampir tak percaya, dia berpikir sejauh itu, aku tak pernah memintanya, berpikir saja aku tak pernah. Aku tak pernah merencanakan membuat baju untuk pernikahanku.

Sikap-sikap romantis berikutnya tentu saja proses-proses menuju pernikahan kami: saat proses khitbah resmi, mendaftar di KUA dan tentu saja saat prosesi akad. MasyaAllah, begitu banyak hal yang uda suamiku lakukan dan perjuangkan demi lancarnya proses menuju pernikahan kami. Semua urusan administrasi untuk pendaftaran di KUA yang ngurus (calon) suami. Bahkan pasfotoku untuk syarat administrasi saja, (calon) suamiku yang nyetakin, hhehehe..manja sekali ya aku.

Itu hal-hal romantis yang pernah suamiku lakukan sebelum kami menikah. Setelah menikah? Ah, tentu saja lebih banyak, dari hal-hal kecil seperti memanaskan air untuk mandiku, mengecup keningku setiap malam sebelum dia tidur, dan lain sebagainya, bahkan ada hal yang mampu membuatku menitikkan air mata: suamiku rela tidak tidur malam saat aku opname, demi memastikan cairan infusku yang hampir habis,  dan masih banyak hal romantis yang dia lakukan tapi nggak bisa aku ceritakan pada dunia karena bisa jadi dosa, hehhe.

Yah, pada akhirnya, hanya ada satu ayat yang kini terngiang: “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Teruntuk suamiku, bapak dari (calon) anakku, I LOVE YOU MORE THAN I CAN SAY

ini suami menuhin janji ngajak ke telaga warna dieng



Jumat, 11 April 2014

caraku mencintai suami : VSP #1


Jangan berlebihan, karena sebuah bandul yang mengayun ke kanan, suatu saat juga pasti akan kembali mengayun ke kiri”
« Ust. Salim A. Fillah »

Belajar dari apa yang dikemukakan oleh ustadz Salim A. Fillah, untuk menahan diri tidak berlebihan dalam mengekspresikan perasaan, terutama untuk yang sedang aku rasakan saat ini yakni rasa bahagia karena telah menemukan seseorang untuk menggenapi dien, maka aku pun berusaha untuk bahagia sewajarnya, menyadari bahagiaku ini bisa jadi merupakan ketidakbahagiaan orang selainku.

Itu sebabnya, foto-foto yang pernah aku “pamerkan” di fb pun aku cukupkan. Aku memilih fb sebagai media upload foto-foto pernikahan karena di fb lah teman-teman lebih banyak bersosialisasi. Dan sekarang aku merasa sudah cukup waktu untuk memberikan kabar kepada orang-orang, bahwa aku telah menikah, karena Rasulullah mengajarkan untuk mengumumkan hal pernikahan agar tidak terjadi fitnah.

Akan tetapi, maaf untuk yang mungkin membuka blog pribadi aku ini dan akun instagram-ku. Tidak ada maksud pamer, aku hanya ingin menyimpan sesuatu yang aku buat untuk suamiku di media ini. Untuk foto-foto yang aku buat di saat aku kerja (jika ada waktu luang) dan aku kirimkan ke suami di rumah via message WhatsApp, sengaja aku share juga di instagram. Dan karena masalah teknis, untuk Video Slide Photo aku upload di blog ini.


Video Slide Photo #1 : Salah Satu Caraku Mencintai Suami #3



Jumat, 28 Februari 2014

Separuh Dien-ku


Alhamdulillah..Allahu Akbar
Rasanya sungguh tak ada kata yang lebih berhak untuk kuucap selain hamdalah
Sungguh nikmat yang begitu luar biasa aku rasakan telah Allah limpahkan kepadaku dan untuk keluargaku

karena suatu hal dan beberapa hal, tak banyak yang ingin aku tuliskan di sini
sekiranya cukuplah foto kami berdua yang telah dipersatukan dalam janji suci ini menggambarkan apa yang kami rasakan saat ini

alhamdulillah wa jazakumullah khoiron katsiron untuk semua yang telah membantu dan berkenan hadir di acara kami, terimakasih juga kepada semua yang telah mengirimkan doa untuk kami.. :)

Selasa, 07 Januari 2014

teruntuk calon putriku


ini foto keponakanku dari sepupu terdekatku. nggemesin banget ini anak, pertama ketemu uda bisa bikin aku jatuh hati, namanya: AISYAH FAYU HALWA, namanya manis semanis anaknya :)

dan gara-gara Aisy ini, otak ku melanglang tanpa permisi. otak ku merangkai nama untuk bayi perempuan.
baiklah, jika dan semoga Allah berkenan aku memiliki bayi perempuan aku akan menyematkan nama itu, jika ayah dari anak ku mengizinkan tentunya.

biar aku ga lupa nama ini, aku tulis di sini, tapi cukup inisialnya saja, hhehe

                                                                       "Elm-Sh"

Kamis, 19 Desember 2013

aku dan kereta

Aku nggak tau pasti kenapa aku sangat terobsesi dengan yang namanya kereta api, mungkin karena aku belum ‘akrab’ dengan jenis kendaraan umum ini. Aku baru sekali naik kereta. Sebenarnya, seharusnya aku lebih terobsesi pada pesawat karena justru aku sama sekali belum pernah merasakan menjadi penumpang pesawat terbang sungguhan. Yah, tapi entahlah, justru aku jauh lebih terobsesi pada kereta. Dan cita-citaku sejak dulu adalah naik kereta api, ahhhaha..ini layak disebut sebagai cita-cita kah? :D

Belum lama ini aku mendapatkan gambar stasiun di Temanggung, kota saat ini aku tinggal. Aku kagum, campur haru. Temanggung itu letaknya di daerah pegunungan, dan bukan kota besar, bahkan mungkin belum layak disebut sebagai kota, jadi sangat mengagumkan, ternyata benar-benar pernah ada kereta. Gambar stasiun ini aku dapet dari hasil share warga temanggung di suatu group fb, dan katanya itu foto didapet dari Belanda.

stasiun Temanggung tahun 1907
Apalagi, belum lama ini juga, aku baca berita, bahwasanya perlintasan kereta api di kawasan Temanggung akan di-reaktifkan kembali oleh KAI. Cita-citaku buat naek kereta rasanya semakin memuncak, bikin hati ga karuan, seneng banget, berharap segera terealisasikan, aamiin ya Robb..

berita di Suara Merdeka
Eh, tapi sebenarnya, aku ga katrok-katrok amat pemirsa. Aku uda pernah naik kereta. Baru sekali sih, tapi pernah. Karena begitu terobsesinya, tiketnya masih aku simpan sampai sekarang >_<

tiket kereta perdana gue :D
Waktu itu aku masih kuliah, kuliah tahap akhir begitu lah tinggal ujian pendadaran buat dapetin SE, tepatnya 13 Januari 2012. Atas kehendak Allah, aku dapet undangan nikah dari temen kost-ku yang kebetulan kakak angkatan di kuliah, rumahnya Pemalang. Dan aku pun kegirangan, karena undangan ini aku berkesempatan buat ngerasain naik kereta. Tanpa pikir panjang aku pun meng-iyakan jadi delegasi buat temen2 kost, aku pergi hanya berdua dengan temenku yang asli Tegal, temenku ini uda bolak-balik naik kereta, nyenengin banget, karena dia tau itu pengalaman pertamaku naik kereta aku dikasi tempat duduk di dekat jendela, jadi aku bisa menikmati pemandangan di luar yang sangat-sangat sukses bikin aku kegirangan.

pantai daerah Batang (yang ini ambil di google :p )

Ahhhhh, jadi ga sabar pengen naik kereta (lagi), semoga akan selalu ada kesempatan untuk itu, dan semoga kesempatan-kesempatan itu akan aku lalui dengan seseorang yang akan selalu mau melindungiku.. aamiin ;)

Rabu, 18 Desember 2013

aku dan rok

Kali ini aku mau bercerita yang teramat kurang penting, ini hanya sekedar uneg-uneg yang memenuhi ruang memory-ku, daripada sekedar jadi uneg-uneg yang terus saja mengendap dan mungkin bisa memenuhi ruanganku lebih baik aku buat tulisan saja, siapa tau bermanfaat. Hhehehe

Ceritanya pekan kemaren, tepatnya hari Jumat yang indah, aku dan beberapa staf kantor bertugas nyari seragam kantor. Agak berbeda dengan belanja seragam pada pekan sebelumnya, kali ini kami mencari bawahan jadi saja, bukan bahan yang masih harus dijahit. Sesampainya di pasar, kami pun bertanya pada salah satu penjual, apakah punya stok celana panjang bahan bukan jeans warna biru donker, dan layaknya transaksi jual-beli baju secara wajarlah, kami memilih-milih. Di sela aktivitas itu, salah satu temanku menanyakan apa penjualnya juga punya stok rok untuk kerja. Dan, bisa ditebak untuk siapa rok ini. Iya, benar, aku dipilihkan rok. Jadi, tanpa aku perlu meminta mereka tau, aku bakal memilih rok, meski yang lain pakai celana.

Ahai, ternyata orang-orang di sekitarku sudah benar-benar tau apa yang menjadi pilihanku. Wajar sih, karena selama ini mereka belum pernah melihat aku mengenakan celana panjang ke kantor. Dan jujur, aku memang tidak memiliki celana panjang yang bisa aku gunakan untuk ke kantor. Meski sebenarnya, aku juga tidak anti celana, aku masih cukup sering memakai celana panjang, tapi hanya di rumah, buat tidur dan beraktivitas di dalam rumah saja, kalo keluar rumah aku bakal merangkapinya dengan rok.

Aku merasa terikat dengan rok ini sudah sejak beberapa lama. Terutama sejak aku memutuskan berjilbab, aku merasa kurang pede jika memadu-padankan jilbab dengan celana, meski bukan celana jeans, tetap saja menurutku kurang afdhol. Meski dulu aku belum bisa sepenuhnya menyingkirkan celana dari lemari. Ketika awal kuliah pun, aku sempat mengenakan beberapa celana. Tapi alhamdulillah, semakin naik tingkat kuliahnya, aku semakin bisa mengenyahkan celana karena koleksi rok juga sudah bertambah ;)

Ada cerita manis mengenai aku dan rok. Ketika masih kuliah, aku ada acara Visit Company dari kampus ke BEI di Jakarta dan perindustrian di Bandung, karena ke Jakarta pastinya ada acara maen ke dufan. Jujur, menjelang acara ke dufan aku sempet termenung, kenapa temen-temen pada ribet bertanya mau pakai celana atau rok. Yakin, aku nggak ada sama sekali kepikiran buat pakai celana. Aku mikirnya simple aja layaknya mau ke tempat wisata biasa. Aku sama sekali tidak memikirkan rok bisa membatasi wahana-wahana yang bakal aku naiki. Aku cukup tertegun saat hari H, terutama saat di gedung BEI, aku melihat banyak teman dekatku yang memakai celana, bahkan celana jeans. Why? Tapi aku enggak mau ambil pusing, sesampainya di dufan aku bersama salah satu teman dekatku pun dengan pede dan tanpa beban langsung mengantri ke wahana jet coaster, saat mengantri ini aku dapet SMS dari seseorang, isinya dia ngasi aku peringatan supaya hati-hati dan jangan sembarangan pilih wahana karena aku pakai rok! Bener, tebakan dia bener aku pakai rok. 

Penumpang jet coaster dijungkirbalikin semaunya >_<
Duh! Aku sempet panik, melihat jet coaster yang sedang berjalan berisi para pengunjung dufan, aku baru kepikiran gimana dengan rok aku??? Pengirim SMS aja cowok bisa kepikiran, kenapa aku santai-santai aja dan keukeuh dengan rok aku.

Tapi Alhamdulillah, aku inget, tenang, aku kan selalu pakai celana semacam legging untuk daleman. Jadi meski rokku tersingkap, insyaAllah auratku tertutup celana. Dengan tenang juga aku kabarkan tentang keadaanku pada si pengirim SMS supaya tenang.

Yah, tapi tetep saja aku salah. Celana yang aku gunakan sebagai baju rangkap itu kan mirip legging, ya membentuk kaki, mepet. Aku merasa risih sendiri dengan keadaanku waktu rok terpaksa disingkap karena wahana yang aku naiki memaksa aku menyingkap rok. Semoga Allah mengampuni kelalaianku. Ini jadi pelajaran penting buat aku, lain kali kalo maen ke tempat semacam dufan, aku harus pakai celana yang longgar untuk rangkapannya, biar aku bisa lebih pede dan tentunya lebih aman.

Aku juga beberapa kali menghela nafas melihat, mendengar atau sekedar mendengar dari orang, tentang teman-temanku yang dulu semasa kuliah sudah tampak lebih suka pakai rok, lalu saat kerja lebih suka mengenakan celana. Aku keheranan, kenapa ya? Apa karena motor? Kok aku belum pernah merasa terbatasi karena rok ku, padahal motor yang aku pakai juga bukan matic. Kenapa mereka bisa merasa terbatasi karena roknya?
Aku belum jago juga naek motornya, tapi aku bisa nyaman-nyaman aja dengan rok. Asal rok-nya lebar dan tentu aku tetep pakai celana panjang untuk rangkap.

Tapi, yasudahlah, itu urusan mereka. Buat aku, rok atau gamis itu lah fashion yang paling tepat buat wanita terutama muslimah, dengan rok akan jauh lebih melindungi dan menambah anggun J

rok manis :)

Senin, 11 November 2013

jika kamu menjadi suamiku

Jauh-jauh hari, sebelum kita dipertemukan dalam ikatan suci bernama pernikahan, aku berperan sebagai istri dan kamu berperan sebagai suami, aku akan memberitahumu beberapa hal yang harus kamu persiapkan untuk menerima diri ini.
Kamu harus rela meluangkan waktu mu untuk mendengar setiap ceritaku, kadang tak penting memang, tapi kamu harus tau, aku selalu merasa butuh seseorang untuk menjadi diary-ku, ceritaku bisa saja tentang aku, perasaanku, kejadian di sekitarku, apa pun lah yang ada dalam pikiranku.

Kamu juga harus rela dengan gangguan-gangguan yang mungkin akan sering aku berikan jika kamu sedang tak ada di sampingku, aku akan sering-sering mengirim pesan, sekedar bertanya kamu sedang apa atau mengingatkanmu satu-dua hal, atau bahkan hanya sekedar berkirim kata-kata untuk menyampaikan ungkapan rinduku.

Kamu perlu bersiap setiap bulannya untuk ekstra bersabar, karena tamu bulananku sangat mempengaruhi emosi dan ragaku. Pada fase itu, emosiku teramat labil dan menjadi teramat sensitif, ditambah perutku tersiksa. Bisa saja aku marah-marah tanpa arah, di saat itu, tolong tenangkan aku. Beri aku segelas wedang jahe atau susu hangat, tentu aku akan merasa lebih baik.

Kamu juga perlu bersiap untuk tidak makan kangkung hasil masakanku. Kamu tau, aku tak suka kangkung. Namun, jika kamu meminta aku untuk memasaknya, aku akan tetap berusaha memasakannya untuk mu, tapi maafkan aku jika mungkin rasanya tak istimewa, tak sesuai harapanmu.

Kamu harus tau, aku sangat pencemburu. Aku tak akan pernah rela melihat kamu dengan wanita lain, jadi tolong jangan terlalu banyak berinteraksi dengan wanita lain sekali pun itu teman atau parner kerjamu. Dan aku pastikan, aku pun akan berusaha tak akan dekat-dekat dengan pria selain kamu. Hanya kamu yang akan selalu mendengar ceritaku.


Ini sebagian kekuranganku yang perlu kamu persiapkan untuk menerimaku. Tapi pasti, meski banyak kekurangan, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik teruntuk mu. J

Rabu, 04 September 2013

belanja online bikin risau

Wanita adalah makhluk penuh kepastian, begitulah menurut salah satu penulis favoritku. Aku pun wanita, aku suka kepastian pastinya. Dan beberapa hari ini aku agak risau, pikiranku terbebani dengan kekhawatiran yang tak menentu. Aku termasuk kategori orang yang kurang percaya dengan online shop, karenanya aku tidak suka berbelanja via online. Aku lebih suka dengan dunia nyata. Rasanya sulit begitu saja percaya pada penjual yang kita ga kenal. Namun, karena penasaran juga aku mencoba belanja online. Transaksi pertamaku alhamdulillah tidak mengecewakan, aku membeli buku dari TBO milik salah satu penulis favoritku. Paketan datang sesuai perkiraan. Aku senang.

Lalu dengan berbekal  pengalaman pertamaku yang cukup memuaskan, tanggal 24 Agustus kemaren, aku registrasi di sebuah TBO yang cukup terkenal, pada hari yang sama aku melakukan order sekaligus bayar via SMS banking. Senin, 27 Agustus aku menerima email dari TBO-nya, memberitahukan mengenai kinerja mereka, email mengabarkan bahwa barang sudah dikirim sore itu juga, dan aku diminta menunggu 3-5hari untuk menerima barang. Baiklah, aku pun hanya bisa menunggu. Hari ke-3, 4, dan 5, aku coba cek ke security kantor, menanyakan adakah paketan buku atas namaku, jawabannya sama: belum ada. Risau pun melandaku. 5 hari berlalu, kepercayaanku pun terkikis tanpa perlawanan.

Rabu siang, 4 September akhirnya kerisauanku memuncak. Aku mencoba konfirmasi via email ke TBO tersebut mengenai status orderanku. Dan TBO memberikan jawabannya agak sorean pukul 15.30an. Kebetulan, saat itu aku ada acara kondangan ke tempat teman kantor, jadi aku pulang lebih awal, pukul 15.00 aku sudah tidak online di depan PC, aku hanya tau ada jawaban email dari hp, jelas aku ga bisa buka link yang diberikan untuk tau tracking paketanku. Alhasil aku semakin risau!

Berpikir, siapa yang bisa aku mintai tolong untuk mengecek tracking-nya. Aku sms temen kuliah yang sering online. Tak ada respon. Aku hubungi via chat fb, ternyata dia ga bawa hp. Haisssssssssss.. bener-bener harus belajar sabar.
Dan setelah dicek, inilah hasilnya:



Permasalahannya adalah pada courier-nya. Pantas saja paketanku belum nyampai sampai detik ini juga. Nama perusahaan jasa courier-nya saja aku baru kenal sekarang. -_-


Catatan penting untuk aku atas kejadian ini: lain kali kalo mau pilih TBO perhatikan juga tentang pelayan jasa courier yang digunakan

Selasa, 23 April 2013

Aku Menulis


Pagi ini, tiba-tiba aku terkenang pesan dari seorang teman, emm..kalo dibilang pesan sepertinya kurang tepat, saran mungkin tepatnya.  Teman tersebut pernah menyampaikan sarannya via sms ke aku (dan pada teman dekat ku juga ternyata) untuk duet menulis, karena menurutnya aku cukup puitis.

Puitis?
Ah, rasanya aneh, bukannya aku tak mensyukuri atau mau menyangkal anugerah (boleh kan skill puitis aku bilang sebagai anugerah?), anehnya, teman yang bilang aku puitis ini pernah ‘kepanasan’ karena kritikanku.

Sudah banyak yang tau, dan memang bukan rahasia lagi, aku dianugerahi skill kritis (tidak ada yang keberatan kan kalo aku bilang sikap kritis itu termasuk skill ?). Siapa saja dan apa saja bisa aku kritik, kalo dalam penilaianku ada yang kurang tepat, apalagi kalo aku diminta mengkritik. Jangan memintaku untuk memberi kritikan kalo belum benar-benar siap dengan kritikan.

Bukan niatan untuk menyombongkan diri (karena memang tak layak untuk dijadikan media untuk menyombongkan diri). Semasa SMA, saat pelajaran Bahasa Indonesia, kelasku pernah mendapat tugas untuk membuat essay yang isinya kritikan untuk apa saja. Mayoritas siswa membuat kritikan untuk pemerintah NKRI. Aku dengan ide sederhanaku, hanya menulis essay dengan lingkup kecil saja. SMAku yang aku kritik. Aku merasa ada yang kurang tepat dengan tatanan kedisiplinan yang diterapkan sekolah. Eh, tanpa kuduga, tulisanku ini sangat menarik perhatian guru Bahasa Indonesia-ku. Sangat aktual menurut beliau. Tepat sasaran, essay-ku dijadikan bahan rapat dewan guru. *senyum*

Kembali pada soal menulis. Aku menyadari, dan aku bersyukur Allah memberi anugerah aku kemampuan menulis. Meski kadang (dan memang lebih seringnya) aku berusaha ‘membunuh’ anugerah ini. Selain nafsu malas yang sering aku menangkan, ada hal lain yang sering aku jadikan alasan untuk tidak menulis lagi.

Dulu, sebenaranya, aku pernah bercita-cita menjadi seorang penulis. Penulis profesional. Penulis yang bisa menghasilkan pendapatan. Aku ingin menjadi seperti para penulis FLP, HTR, Asma Nadia, Pipiet Senja, dll. Menulis novel cinta layaknya Habibburrahman El Shirazy. Atau seenggaknya menulis seringan para penulis novel teenlit.

Cerpen pertamaku berjudul “Fajar Hari Ini”, cerpen dengan bantuan diketikkan teman (waktu itu aku belum punya PC), yang aku tulis benar-benar original dengan ideku, bercerita tentang pengalaman seorang gadis untuk mulai berhijab (cerita dalam cerpen benar-benar fiksi, tapi kebanyakan yang baca mengira itu pengalaman pribadiku). Cerpen itu berhasil menjadi Juara II pada event lomba menulis cerpen. Meski hanya tingkat sekolah, tapi dari kemenangan itu lah yang membuat aku berani  bermimpi untuk menjadi penulis, karena dari situlah aku baru menyadari aku punya bakat menulis fiksi (tak sedikit pujian dan sanjungan yang datang waktu itu, dan berhasil memompa rasa percaya diriku).
Akan tetapi, karena suatu hal (yang tak ingin aku ingat). Aku memutuskan untuk mengubur cita-cita itu. Tak hanya aktivitas menulis yang aku hentikan. Bahkan, membaca pun aku hentikan. Tak lagi pernah aku sentuh novel-novel. Karena bagiku, membaca akan menumbuhkan tunas untuk menulis (percayalah, seorang penulis juga butuh membaca tak hanya menulis saja).

Dan sekarang,aku membaca novel dan aku menulis (lagi) ^^
Tapi, aku tak lagi bermimpi ‘menjual’ karyaku. Aku tak berminat mengikuti event-event menulis. Aku hanya ingin menulis. Menulis saja.
Tak peduli ada yang membaca atau tidak.

Hanya berharap semoga tulisanku bermanfaat.


Minggu, 24 Maret 2013

My Trip: Pantai Indrayanti (Gunung Kidul, DIY)

Ahad pagi, aku berangkat menuju ujung selatan pulau jawa untuk bertemu kembali dengan sang samudera.
setelah 2 minggu sebelumnya aku menyelesaikan rasa pada riak samudera di sebelah utara pulau jawa, alhamdulillah, ada kesempatan mengunjungi ombak di bumi bagian yang lain.


penyelesaian rasa pada sang samudera


keanggunan Pantai Indrayanti dari atas bukit

sang samudera pun seolah bersenandung,



Minggu, 17 Maret 2013

Galauku yang indah

Belum ada 1 jam aku terlelap, aku sudah bangun. Sabtu siang, biasanya kalo nggak ada acara, aku akan menghabiskan waktu siang sampai sore dengan tidur panjang.  Aku pikir ini keadilan untuk tubuhku yang selama 5 hari harus terus bekerja sampai sore. Seperti biasa, ketika istirahat siangku tak berkualitas maka galau pun menggelayut mesra. Beuh, kali ini pun aku rasa si galau benar-benar memelukku erat.

Hampir 1 jam aku merasa linglung, teramat bingung mau ngapain. Planning ke bookstore pun sukses aku gagalkan. Ngecek FB, whatsapp dan sms. Jenuh.

Tiba-tiba muncul lah ide cemerlang. Aku pengen nyuci motor. Seumur hidupku, aku belum pernah nyuci motor. Selama ini aku lebih memilih membayar jasa cuci motor, hanya dengan 5ribu rupiah hasilnya memuaskan. 2 minggu sekali aku nyalonin motorku tiap sabtu, sepulang kerja di tempat cuci motor tak jauh dari rumah.


motorku uda ganteng maksimal
Omaigad, ternyata nyuci motor itu mampu menguras tenagaku dan yang mengagumkan galauku pun pergi tanpa pamitan dulu ama aku :)

Selesai nyuci motor, aku lanjut dengan nyuci baju. Selesai menjemur pakaian, naluri ke-iburumahtanga-anku keluar, tak puas hanya dengan mencuci motor dan baju, aku putuskan ‘memandikan’ kamar mandi.


kamar mandinya uda cantik ;)


bajuku juga uda berjemur dengan bahagia
Hhaha..sukses berat deh kali ini caraku mengusir si galau. Aku belajar jadi ibu rumah tangga yang tangguh ;)

Dadababay galau :p

Senin, 11 Maret 2013

My Trip: Pulau Panjang Jepara dari Pantai Kartini

Dermaga di Pantai Kartini untuk menuju Pulau Panjang

cite's photo

Perjalanan dengan perahu menuju Pulau Panjang dari dermaga Pantai Kartini:


Pantai cantik di Pulau Panjang:

cite's photo
cite's photo













cite's photo


Hutan di Pulau Panjang :

cite's photo

Rabu, 27 Februari 2013

Menuju Semarang (1)


Rasa kangen menyergap hati, aku butuh menyembuhkan rasa ini.
Sabtu, 23 February aku putuskan sebagai hari keberangkatanku untuk menyelesaikan rasa yang menyiksa.
Meski waktu itu aku belum merencanakan mau apa dan berkunjung ke mana saja. Setelah berkeliling kota sendiri untuk mencari sesuatu, pukul 14.15 aku sudah berdiri di pinggir jalan untuk menyetop bis yang bisa mengantarkanku ke Secang. Alhamdulillah, tak lama ada bis ukuran kecil. Sesampainya di Secang, alhamdulillah ada bis jurusan Semarang yang sedang menunggu penumpang. Pas banget lah, jadi aku tak perlu menunggu terlalu lama. Ah, tapi ternyata bis penuh sangat, aku duduk di dekat sopir, bukan di bangku untuk penumpang, ini tempat duduk darurat, beuhhh..panas. Sabar. Bersyukur masih bisa duduk.

Perjalananku ini, tidak langsung menuju Semarang, aku transit dulu di Ungaran. Meski dulu aku sering melewati daerah ini. Tapi aku sedikit khawatir juga takut salah turun. Pukul 16.20, aku turun tepat di depan Pos Polisi Pasar karang Jati, ketika turun dari bis, senyum kukembangkan, aku melihat teman baikku sudah berdiri di Pos, menunggu kedatanganku. Ritual peluk dan cipika-cipiki pun tanpa malu kami langsungkan. Tak lupa bernarsis sedikit. ;)
Karena lapar, sebelum ke kost Isty, kami mampir makan mie ayam. Ah, sudah lama aku tak makan mie ayam. Hmmm..lumayan rasanya, apalagi dalam keadaan lapar begini, seharian aku baru makan sekali, hanya sarapan. Kami pun menghabiskan mie ayam sembari bercerita tentang kabar teman-teman.

Selese makan, kami pun bergegas menuju kost. Aku menemukan ada yang unik di Ungaran ini. Angkutan umum di sini berplat hitam, dan bentuknya pun seperti mobil pribadi. Ah, aku tak bisa membedakannya dengan mobil pribadi.
Baru duduk sebentar, angkutan yang kami tumpangi sundah sampai di depan kost. Yah, memang jaraknya dekat, jadi tak ada pilihan, aku pun turun.

Lagi-lagi di kost, kami banyak menghabiskan waktu untuk bercerita. Banyak sekali cerita yang tercerita (hancur deh, diksi gue). Di sela-sela cerita isty menawariku jahe susu, tentu saja aku mau. Kami pun ke dapur untuk membuatnya sendiri. Ah, luar biasa. Aku menahan sekuat mungkin air mata yang sebenarnya pengen banget menetes. Aku benar-benar menemukan keluarga baru saat kuliah, aku mendapatkan teman-teman yang begitu perhatian. Mereka hafal kesukaanku, aku suka wedang susu jahe, sangat suka tepatnya. Segelas susu jahe pun sukses tersaji untukku. Aku menyesapnya sedikit-demi sedikit. Menikmati kehangatan jahe, mengurangi sedikit penat dan pusingku. Lalu aku teringat dengan urutan Isty, dia jago ngurut. Aku bercurhat, kepalaku sedikit pening dan sepertinya leherku butuh urutan. Dia pun tak kuasa menolak permintaanku :D
Beberapa menit kemudian, aku menikmati urutan tangannya. Karena aku merasa urutannya kali ini belum sukses meredakan peningku, dia menawarkan kerokan. Aku terima saja. MasyaAllah, ternyata merah sekali hasilnya. Sepertinya aku benar-benar masuk angin. Karena sudah larut dan kami nggak mau rencana berangkat pagi-pagi ke Semarang gagal, kami pun melelapkan diri.

Pukul 07.15 kami berangkat dari kost, payah, molor 15menit dari rencana. Sebelum meluncur ke kota sejuta kenangan. Kami mampir ke pasar untuk menikmati sarapan, pilihan jatuh pada soto kuwali. Di tempat makan cukup ramai dengan pengunjung. Setelah kenyang, kami pun naik bis Ramayana jurusan ke Semarang.

Semarang saia siap memeluk keangkuhanmu :*

Minggu, 24 Februari 2013

dokumentasi SEMARANG 24-02-13

karena saya belum bisa move on, Ahad 24 February 2013, saya ngapelin sang pencuri hati.
yah..saya berkunjung ke kota penuh kenangan ini, saya ke Semarang,
dan karena keterbatasan waktu dan pikiran untuk saat ini, sementara saya posting 3 video yang berhasil saya dokumentasikan
tapi maaf ya pemirsa, ini video amatiran, direkam dengan peralatan seadanya :)

yang pertama ini, video perjalanan saya dari daerah Ngaliyan menuju kampus tercinta di kawasan Kaligawe


yang kedua, video masjid kampus, masjid ini banyak menyimpan kenangan bagi saya,


dan yang terakhir adalah video perjalanan dari depan masjid kampus menuju FE


untuk cerita tekstualnya, insyaAllah saya tulis lain kali ;)


Kamis, 14 Februari 2013

ini untuk mu, sepotong cerita kita


Kamu ingat pertama kita berjumpa?
Semoga ingatanku tidak buruk, yang aku ingat kita dipertemukan Allah untuk pertama kalinya di Lantai 3 Gedung B Fakultas Kedokteran kampus kita tercinta, sepertinya di hari terakhir Ta’aruf Universitas. Kita duduk di barisan belakang, aku, kamu dan seorang teman dari D3 saling bercerita tentang ta’aruf, dan dengan muka polosmu kamu bilang ini hari pertama mu ikut pekan ta’aruf.
Penampilan mu saat itu (maaf) sangat khas dari asalmu. Tapi yang nempel di otakku kala itu, kamu cukup menyenangkan, karena sangat ramah.

Lalu untuk beberapa lama (sementara), entah kita seperti agak terpisah, padahal waktu itu kita 1kelas, sama-sama duduk di E3. Aku “sibuk” dengan teman yang lain, kamu pun demikian. Akan tetapi, pada semester 2, Allah mendekatkan kita kembali, IPK kita nyaris sama, IPK yang bagus y untuk pembuka, dan qodarulloh menjelang semester 2 kita ngisi KRS barengan, seingetku waktu itu kamu ngisi KRS samaan dengan aku. Jadi, mau tak mau selama 1 semester kita jadi 1 kelas terus. Mau tak mau kita pun jadi lumayan deket. Dan kembali Allah semakin mempererat kita, kita kerja bareng di survey warga miskin, yah..meski kita beda area, tapi kita pernah saling membantu.

beberapa jejak langkah kita
Seiring berjalannya waktu, Allah memang berkehendak untuk kita selalu bersama menghabiskan waktu di kampus. U5, FSA, himmah, Solo dan Salatiga menjadi jejak kebersamaan kita.
Meski aku akui, selama itu kita tak sepenuhnya saling terbuka, tapi kita tetap dekat secara hati. Dan ternyata, Allah memang sebaik-baik Perencana, kamu yang pertama aku kenal di antara teman-teman yang lain, dan kamu juga lah secara fisik yang terakhir membersamaiku di lingkungan kampus.

Terimakasih sudah mengajak ku bermain ke rumah mu, subhanalloh, sungguh itu pengalaman yang berharga untuk aku, seumur hidupku baru sekali itu aku naik kapal :D

Terimakasih untuk serbuk jahenya, sangat bermanfaat untuk ku, aku merasa tersanjung sekali dengan setiap perhatian mu J
Terimakasih untuk urutan mu di Bandung, maaf aku menumpahkan minyak mu >_<
Terimaksih untuk setiap waktu yang telah kita lewati

Maaf untuk setiap salah dan khilafku, aku sangat menyesal pernah berkata-kata yang menyakitimu, sungguh aku tidak sengaja, niatku hanya bercanda, maaf untuk airmata yang telah menetes, maaf aku belum mampu menjadi teman yang baik.

Uia, terimakasih juga telah mengizinkanku memanggil mu “KIMBUL”

Setiap huruf yang terangkai menjadi kata dan terkumpul menjadi kata-kata ini tak mampu sempurna mewakili rasa dalam dada, menggambarkan setiap detik dan yang telah kita lewati dan meninggalkan jejak untuk dijadikan reminder setiap kenangan, bukan salah kata-kata dan huruf yang ada, akan tetapi semua karena keterbatasan ku saja..

Untuk setiap rindu yang datang membuncah,
Untuk setiap rangkaian kata rindu yang kukirimkan
Semua benar dan apa adanya
Semua ada di dalam dada
Akan tetapi, karena keterbatasan diri ini, aku belum bisa mewujudkan dalam nyata untuk menyelesaikan setiap rasa
Kucukupkan diri ini puas menyayangi dan merinduimu dengan untaian doa

*Waktu dhuha berselimut rindu di kota bersenyum