Menjadi seorang ibu adalah
cita-citaku yang lama sudah aku impikan, bahkan cita-cita ini mendahului
cita-citaku menjadi seorang istri. Padahal, tak mungkin kan ya, aku melahirkan
sebelum menikah terlebih dahulu. Yah, mungkin ini karena naluri kewanitaanku untuk
menjadi seorang ibu terlalu tinggi.
Menjelang menikah, aku
mempersiapkan diri untuk hal ini, kebetulan tanggal menikahku itu saat masa
subur berdasarkan kalender bulananku. Jadi dengan semangat menggebu aku sudah
mengkonsumsi susu khusus untuk persiapan hamil. Waktu itu aku bilang ke (calon)
suami, tentang keinginanku untuk segera punya momongan. Gayung pun bersambut,
ternyata (calon) suamiku juga pengen segera punya momongan, alhamdulillah kami
satu visi.
Ah, tapi ternyata kami harus
bersabar, 2 minggu kemudian tamu bulananku datang lagi. Bulan berikutnya
ternyata juga. Bulan berikutnya lagi, tamu bulananku datang terlambat, aku
sudah sangat berharap, bahkan aku sudah melakukan testpack, hasilnya negatif,
dan ini cukup membuatku trauma. Bulan depannya lagi tamuku terlambat lagi, tapi
aku enggan untuk melakukan testpack, mau menunggu lebih lama lagi saja, aku
sangat takut kecewa. Apalagi melihat kecewanya suami, aku nggak tega.
Benar saja, saat terlambat masuk
hari ke-5, paginya aku merasa tamuku sudah datang lagi. Aku sudah pasrah. Aku
nggak mau berharap. Aku takut kecewa. Aku pun segera memberitahu suami, tamu
bulananku datang lagi, aku memintanya bersabar. Sorenya aku merasa bingung,
tamu bulananku kali ini agak berbeda, tak seperti biasanya. Darah yang keluar
cuma sedikit, bisa dibilang hanya flek saja. Malamnya, malah sama sekali nggak
keluar. Ada apa dengan aku? Mungkinkah aku hamil? Esok harinya, sepulang kerja
aku beli testpack. Saat mandi sore aku memberanikan diri untuk testpack, apa
pun hasilnya aku siap. Dan..masyaAllah testpack-ku hasilnya positif. Rasanya
aku ingin menangis. Aku hamil ya Allah. Seusai mandi, aku segera ke kamar ingin
memberitahu suami, tapi aku ingin sedikit memberi dia kejutan. Tanpa
berkata-kata aku memperlihatkan hasil testpack-ku ke suami, dia memeriksanya
dan spontan bertanya, “Kamu hamil?”. Aku pun tersenyum sambil mengangguk.
MasyaAllah, suami langsung memelukku erat, setelah itu dia berlari ke dapur
memberitahu ibu mertua. Aku hanya tersenyum saja mendengar kebahagiaan mereka,
Alhamdulillah, setelah 3 bulan menikah akhirnya kami diberikan karunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar