Rabu, 26 Juni 2013

berpikir tentang cinta

C.I.N.T.A
Aku benar-benar tertegun mengeja kata ini, cinta? Benarkah cinta? Tema cinta yang kau pinta untuk ku malam ini? Sumpah, demi Zat Pemilik jemari yang biasa aku gunakan untuk mengetik di atas keyboard. Kali ini entah jemariku enggan untuk kembali menekan tuts-tuts yang ada. Mataku masih belum mau beranjak arah dari layar smartphone-ku.

Mengapa mendadak kamu memintaku menulis tentang cinta?
Sungguh, ini tema yang berat untuk aku, mengapa tak kau minta saja aku menulis tentang analisis ekonomi atau sandiwara politik negeri ini yang carut-marut seperti biasanya? Atau kamu minta aku untuk mengkritisi kebijakan pemerintah atau kasus terbaru hasil kerja KPK. Aku bersedia, yakin, aku jauh lebih bersedia. Tapi kenapa kamu memilih cinta?

Dan demi permintaanmu, hanya inilah yang bisa aku tulis,

Cinta tak membutuhkan definisi dengan rangkaian kata, karena tak akan ada kata lain yang mampu mewakilkan dari kata cinta. Cara mencintai yang tepat itu dengan rasa dan perwujudan karya nyata, bukan dengan kata-kata. Mencintai adalah hal yang menyenangkan, tapi usaha untuk tak menampakannya dan berpura-pura itu teramat melelahkan.

Minggu, 23 Juni 2013

tertipu rasa

Bisa jadi saya memang sedang galau. Saya katakan 'bisa jadi' dan bukan pasti. Saya berusaha untuk tidak peduli, tapi jatuhnya saya berpura-pura tidak peduli. Saya berusaha tidak marah, tapi jatuhnya saya pun harus kembali berpura-pura. Dan saya pun jatuh dalam jebakan hati yang saya buat sendiri. Hati saya kebas. Saya tertipu dengan keadaan hati, yang saya kira tenang ternyata semu. Ketenangan yang hanya berupa fatamorgana. Begitu rapuh. Ketika terguncang, pecahlah semua pelindung rasa.

Kamis, 13 Juni 2013

ini untuk kita

Teruntukmu teman terbaikku,
Kamu memintaku untuk menuliskan tentang ketidakrelaanku akan turunnya iman mu.
Sesungguhnya, aku merasa sangat tak pantas dan merasa berat atas permintaan mu ini. Aku cukup tau diri melihat keadaanku, aku bukan orang suci atau orang yang telah memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Ah, tapi aku masih merasa pantas menjadi teman mu, kamu memintaku, dan aku wajib memberikan nasehat untuk mu.
Dan untuk tulisan ini, semoga juga bisa menjadi pengingat untuk diri aku.

My dear, yang pertama yang ingin aku sampaikan,
Jelas dan benar, sungguh, aku tak rela kamu berlama-lama dalam keadaan futur. Aku tak pernah rela kamu berlama-lama melemah. Karena jelas ini akan berdampak padaku, ingatkan? Kita bisa menilai agama seseorang dari teman dekatnya, ini bukan pendapatku pribadi, ini shahih.

Lalu, mari kita renungkan bersama tentang ujian yang datang dalam hidup ini.
Mari kita ingat-ingat lagi, Allah zat yang memiliki mutlak hidup dan mati kita tak pernah menjanjikan hidup di dunia ini tanpa ujian. Bahkan memang Allah ingin menguji kita dengan hidup ini, buka kembali kitab sampul cokelatmu, kamu akan temukan, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (TQS. 2: 214), “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.” (TQS. Al-Ankabut: 2)
Sangat jelas kan? Allah tak pernah menjanjikan hidup mudah tanpa ujian. Sangat wajar bila kita merasa bersedih hati atas ujian yang ada. Ah, aku pun tak jarang mengeluh. Semoga Allah mengampuni sifat keluh kesah kita ini.
Akan tetapi, jangan pernah biarkan hati kita kebas dari nikmat Allah yang lainnya karena kita terlalu larut dalam kesedihan. Sungguh demi Zat Yang Maha Suci, ujian yang menimpa kita sungguh sangat kecil dibanding ujian para nabi dan rasul. Melihat dan membaca kisah perjuangan para nabi, rasanya malu jika diri ini terus mengeluh. Ketika kita merasa tak nyaman dengan tempat kerja, wahai diri, tengoklah kisah para nabi yang dikucilkan masyarakat bahkan oleh keluarganya sendiri karena demi membela tauhid, bahkan tak jarang mereka diusir dari tempat tinggal mereka. Dan ketika kita merasa waktu yang Allah berikan untuk bertemu dengan jodoh kita teramat lama dan menyiksa karena orang-orang sekitar terus saja mencerca tak terkecuali keluarga kita, tengoklah kisah Nabi Adam yang harus berpisah bertahun-tahun dari tulang rusuknya dengan keadaan hina dan diturunkan ke bumi.

Mungkin kamu akan berkata, “ah, mereka kan para nabi, sudah jelas mereka kuat dengan cobaan itu! Jangan ambil contoh yang terlalu jauhlah
Oh my dear, buka kembali kitab cokelatmu, Allah sudah menjawabnya, “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya (TQS. 2: 286).

Jika kamu merasa terlalu klise apa yang aku tulis ini, istighfar, apa yang aku tulis dan motivasi yang aku berikan memang hanya bersumber dari Al-quran. Aku merasa hanya inilah penawar terampuh untuk setiap ‘sakit’ seseorang yang beriman.
Tak pantas rasanya jika hati orang beriman lebih mau menerima penawar dari kata-kata motivasi yang tak jelas asalnya, apalagi sekedar kata-kata mutiara dari seorang motivator yang tak berdasarkan Al-quran. Jika pun kata-kata motivasi yang tak jelas itu mampu memberikan ketenangan hati, itu hanyalah fatamorgana dan teramat rapuh, karena yang menciptakan kita jauh lebih tau tentang diri kita. Jadi jelas, hanya dari Sang Pencipta diri kitalah penenang diri kita.

Hmm.. Ramadhan, insyaAllah akan segera tiba, mungkin dengan sedikit mengingat Ramadhan-Ramadhan yang telah kita lewati bersama akan sedikit membantu mu memulihkan rasa.
Aku selalu teringat, saat kita berdua menyelesaikan proposal Kegiatan Ramadhan di basecamp FSA. Kita hanya berdua. Waktu itu sangat sepi. Dua mahasiswi angkatan baru yang masih minim pengalaman, berusaha dengan sisa-sisa tenaga untuk membuat proposal, ketik-ketik sesuka hati. Dan mungkin tak akan pernah aku lupakan, aku memaksamu untuk mendengarkan lagu Snada “Teman Sejati”. Aku sengaja tak mempedulikan perasaan mu, kamu bakal suka atau tidak. Waktu itu, aku hanya ingin menularkan rasaku. Aku merasa menemukan teman sejati, teman sejati itu pada diri kamu. Aku percaya kamu adalah teman yang baik, yang bisa diajak berjuang bersama-sama denganku untuk meraih jannah-Nya. Dan sekarang, aku tak mau kamu mengecewakan harapanku ini.

Aku masih ingin melangkah bersamamu. Meski sekarang kita tak bisa melangkah beriringan sambil bergandengan tangan. Aku ingin kita tetap melanjutkan langkah kita dengan saling menguatkan dengan dekapan doa. Aku ingin kamu merasakan kehangatan atas setiap rindu dan untaian doaku.

Jadi, tetap kabarkan pada semesta,

Tak ada yang akan hilang dari ingatan, kita tetap saudara kan? ;)

Jumat, 07 Juni 2013

masa lalu mu bukan milikku

Kamu kembali bertanya tentang bintang yang masih aku simpan. Kamu tau? Aku hampir putus asa dengan semua pertanyaanmu. 

Penjelasanku sudah mencapai titik, bukan lagi koma. Aku berputus asa bukan karena aku kehabisan kata untuk kurangkai menjadi penjelasan atas semua tanya. Akan tetapi, aku berputus asa atas semua prasangka yang kau punya, yang (mungkin) telah habis rasa percaya. 

Pada sisa asa ini akan kujelaskan sekali lagi, tentang apa yang aku rasai dan semoga tak akan pernah kamu tanyakan kembali. Dan tentang akhirnya kamu akan percaya atau tidak, aku akan berusaha untuk tak peduli. Ini janji. 

Ya, aku masih menyimpan wujud bintang, aku masih menyukai bintang. Tapi kamu salah jika mengartikan bintang ini (masih) aku jadikan tanda atas seseorang. 
Ya, aku akui pernah menyematkan nama bintang untuk seseorang, tapi semua telah berlalu. Benar, berlalu dan menjadi masa lalu. Tak perlu kamu risaukan lagi tentang masa laluku, masa laluku memang bukan milikmu, tapi masa sekarang dan masa depanku bisa menjadi milikmu. 
Dan tentang masa lalu, kamu tak bisa menuntutku. Aku harap kamu bisa adil padaku. Jangan pikir aku tak tau. Aku cukup tau tentang kamu. Mudah saja bagiku mencari jejak masa lalu mu. Tapi aku sengaja diam melihat mu, karena aku cukup tau diri untuk cemburu.

gambar dari Google