Kamis, 13 Juni 2013

ini untuk kita

Teruntukmu teman terbaikku,
Kamu memintaku untuk menuliskan tentang ketidakrelaanku akan turunnya iman mu.
Sesungguhnya, aku merasa sangat tak pantas dan merasa berat atas permintaan mu ini. Aku cukup tau diri melihat keadaanku, aku bukan orang suci atau orang yang telah memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Ah, tapi aku masih merasa pantas menjadi teman mu, kamu memintaku, dan aku wajib memberikan nasehat untuk mu.
Dan untuk tulisan ini, semoga juga bisa menjadi pengingat untuk diri aku.

My dear, yang pertama yang ingin aku sampaikan,
Jelas dan benar, sungguh, aku tak rela kamu berlama-lama dalam keadaan futur. Aku tak pernah rela kamu berlama-lama melemah. Karena jelas ini akan berdampak padaku, ingatkan? Kita bisa menilai agama seseorang dari teman dekatnya, ini bukan pendapatku pribadi, ini shahih.

Lalu, mari kita renungkan bersama tentang ujian yang datang dalam hidup ini.
Mari kita ingat-ingat lagi, Allah zat yang memiliki mutlak hidup dan mati kita tak pernah menjanjikan hidup di dunia ini tanpa ujian. Bahkan memang Allah ingin menguji kita dengan hidup ini, buka kembali kitab sampul cokelatmu, kamu akan temukan, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (TQS. 2: 214), “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.” (TQS. Al-Ankabut: 2)
Sangat jelas kan? Allah tak pernah menjanjikan hidup mudah tanpa ujian. Sangat wajar bila kita merasa bersedih hati atas ujian yang ada. Ah, aku pun tak jarang mengeluh. Semoga Allah mengampuni sifat keluh kesah kita ini.
Akan tetapi, jangan pernah biarkan hati kita kebas dari nikmat Allah yang lainnya karena kita terlalu larut dalam kesedihan. Sungguh demi Zat Yang Maha Suci, ujian yang menimpa kita sungguh sangat kecil dibanding ujian para nabi dan rasul. Melihat dan membaca kisah perjuangan para nabi, rasanya malu jika diri ini terus mengeluh. Ketika kita merasa tak nyaman dengan tempat kerja, wahai diri, tengoklah kisah para nabi yang dikucilkan masyarakat bahkan oleh keluarganya sendiri karena demi membela tauhid, bahkan tak jarang mereka diusir dari tempat tinggal mereka. Dan ketika kita merasa waktu yang Allah berikan untuk bertemu dengan jodoh kita teramat lama dan menyiksa karena orang-orang sekitar terus saja mencerca tak terkecuali keluarga kita, tengoklah kisah Nabi Adam yang harus berpisah bertahun-tahun dari tulang rusuknya dengan keadaan hina dan diturunkan ke bumi.

Mungkin kamu akan berkata, “ah, mereka kan para nabi, sudah jelas mereka kuat dengan cobaan itu! Jangan ambil contoh yang terlalu jauhlah
Oh my dear, buka kembali kitab cokelatmu, Allah sudah menjawabnya, “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya (TQS. 2: 286).

Jika kamu merasa terlalu klise apa yang aku tulis ini, istighfar, apa yang aku tulis dan motivasi yang aku berikan memang hanya bersumber dari Al-quran. Aku merasa hanya inilah penawar terampuh untuk setiap ‘sakit’ seseorang yang beriman.
Tak pantas rasanya jika hati orang beriman lebih mau menerima penawar dari kata-kata motivasi yang tak jelas asalnya, apalagi sekedar kata-kata mutiara dari seorang motivator yang tak berdasarkan Al-quran. Jika pun kata-kata motivasi yang tak jelas itu mampu memberikan ketenangan hati, itu hanyalah fatamorgana dan teramat rapuh, karena yang menciptakan kita jauh lebih tau tentang diri kita. Jadi jelas, hanya dari Sang Pencipta diri kitalah penenang diri kita.

Hmm.. Ramadhan, insyaAllah akan segera tiba, mungkin dengan sedikit mengingat Ramadhan-Ramadhan yang telah kita lewati bersama akan sedikit membantu mu memulihkan rasa.
Aku selalu teringat, saat kita berdua menyelesaikan proposal Kegiatan Ramadhan di basecamp FSA. Kita hanya berdua. Waktu itu sangat sepi. Dua mahasiswi angkatan baru yang masih minim pengalaman, berusaha dengan sisa-sisa tenaga untuk membuat proposal, ketik-ketik sesuka hati. Dan mungkin tak akan pernah aku lupakan, aku memaksamu untuk mendengarkan lagu Snada “Teman Sejati”. Aku sengaja tak mempedulikan perasaan mu, kamu bakal suka atau tidak. Waktu itu, aku hanya ingin menularkan rasaku. Aku merasa menemukan teman sejati, teman sejati itu pada diri kamu. Aku percaya kamu adalah teman yang baik, yang bisa diajak berjuang bersama-sama denganku untuk meraih jannah-Nya. Dan sekarang, aku tak mau kamu mengecewakan harapanku ini.

Aku masih ingin melangkah bersamamu. Meski sekarang kita tak bisa melangkah beriringan sambil bergandengan tangan. Aku ingin kita tetap melanjutkan langkah kita dengan saling menguatkan dengan dekapan doa. Aku ingin kamu merasakan kehangatan atas setiap rindu dan untaian doaku.

Jadi, tetap kabarkan pada semesta,

Tak ada yang akan hilang dari ingatan, kita tetap saudara kan? ;)

2 komentar:

  1. Selalu sesak saat sampai pada episode Ramadhan di FSA itu :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. sungguh, momen itu sangat membekas.. :')

      Hapus