Rabu, 27 Februari 2013

Menuju Semarang (1)


Rasa kangen menyergap hati, aku butuh menyembuhkan rasa ini.
Sabtu, 23 February aku putuskan sebagai hari keberangkatanku untuk menyelesaikan rasa yang menyiksa.
Meski waktu itu aku belum merencanakan mau apa dan berkunjung ke mana saja. Setelah berkeliling kota sendiri untuk mencari sesuatu, pukul 14.15 aku sudah berdiri di pinggir jalan untuk menyetop bis yang bisa mengantarkanku ke Secang. Alhamdulillah, tak lama ada bis ukuran kecil. Sesampainya di Secang, alhamdulillah ada bis jurusan Semarang yang sedang menunggu penumpang. Pas banget lah, jadi aku tak perlu menunggu terlalu lama. Ah, tapi ternyata bis penuh sangat, aku duduk di dekat sopir, bukan di bangku untuk penumpang, ini tempat duduk darurat, beuhhh..panas. Sabar. Bersyukur masih bisa duduk.

Perjalananku ini, tidak langsung menuju Semarang, aku transit dulu di Ungaran. Meski dulu aku sering melewati daerah ini. Tapi aku sedikit khawatir juga takut salah turun. Pukul 16.20, aku turun tepat di depan Pos Polisi Pasar karang Jati, ketika turun dari bis, senyum kukembangkan, aku melihat teman baikku sudah berdiri di Pos, menunggu kedatanganku. Ritual peluk dan cipika-cipiki pun tanpa malu kami langsungkan. Tak lupa bernarsis sedikit. ;)
Karena lapar, sebelum ke kost Isty, kami mampir makan mie ayam. Ah, sudah lama aku tak makan mie ayam. Hmmm..lumayan rasanya, apalagi dalam keadaan lapar begini, seharian aku baru makan sekali, hanya sarapan. Kami pun menghabiskan mie ayam sembari bercerita tentang kabar teman-teman.

Selese makan, kami pun bergegas menuju kost. Aku menemukan ada yang unik di Ungaran ini. Angkutan umum di sini berplat hitam, dan bentuknya pun seperti mobil pribadi. Ah, aku tak bisa membedakannya dengan mobil pribadi.
Baru duduk sebentar, angkutan yang kami tumpangi sundah sampai di depan kost. Yah, memang jaraknya dekat, jadi tak ada pilihan, aku pun turun.

Lagi-lagi di kost, kami banyak menghabiskan waktu untuk bercerita. Banyak sekali cerita yang tercerita (hancur deh, diksi gue). Di sela-sela cerita isty menawariku jahe susu, tentu saja aku mau. Kami pun ke dapur untuk membuatnya sendiri. Ah, luar biasa. Aku menahan sekuat mungkin air mata yang sebenarnya pengen banget menetes. Aku benar-benar menemukan keluarga baru saat kuliah, aku mendapatkan teman-teman yang begitu perhatian. Mereka hafal kesukaanku, aku suka wedang susu jahe, sangat suka tepatnya. Segelas susu jahe pun sukses tersaji untukku. Aku menyesapnya sedikit-demi sedikit. Menikmati kehangatan jahe, mengurangi sedikit penat dan pusingku. Lalu aku teringat dengan urutan Isty, dia jago ngurut. Aku bercurhat, kepalaku sedikit pening dan sepertinya leherku butuh urutan. Dia pun tak kuasa menolak permintaanku :D
Beberapa menit kemudian, aku menikmati urutan tangannya. Karena aku merasa urutannya kali ini belum sukses meredakan peningku, dia menawarkan kerokan. Aku terima saja. MasyaAllah, ternyata merah sekali hasilnya. Sepertinya aku benar-benar masuk angin. Karena sudah larut dan kami nggak mau rencana berangkat pagi-pagi ke Semarang gagal, kami pun melelapkan diri.

Pukul 07.15 kami berangkat dari kost, payah, molor 15menit dari rencana. Sebelum meluncur ke kota sejuta kenangan. Kami mampir ke pasar untuk menikmati sarapan, pilihan jatuh pada soto kuwali. Di tempat makan cukup ramai dengan pengunjung. Setelah kenyang, kami pun naik bis Ramayana jurusan ke Semarang.

Semarang saia siap memeluk keangkuhanmu :*

Minggu, 24 Februari 2013

dokumentasi SEMARANG 24-02-13

karena saya belum bisa move on, Ahad 24 February 2013, saya ngapelin sang pencuri hati.
yah..saya berkunjung ke kota penuh kenangan ini, saya ke Semarang,
dan karena keterbatasan waktu dan pikiran untuk saat ini, sementara saya posting 3 video yang berhasil saya dokumentasikan
tapi maaf ya pemirsa, ini video amatiran, direkam dengan peralatan seadanya :)

yang pertama ini, video perjalanan saya dari daerah Ngaliyan menuju kampus tercinta di kawasan Kaligawe


yang kedua, video masjid kampus, masjid ini banyak menyimpan kenangan bagi saya,


dan yang terakhir adalah video perjalanan dari depan masjid kampus menuju FE


untuk cerita tekstualnya, insyaAllah saya tulis lain kali ;)


Selasa, 19 Februari 2013

panggil ukhty-akhy, masalah?


Aku pernah nggak terima. Aku sempat melayangkan protes pada seorang teman. Hanya gara-gara panggilannya berubah. Salah satu teman aku yang biasanya memanggil dengan panggilan “ukh” atau lengkapnya “ukhti”, tiba-tiba dia memanggilku “dek”. Entah apa motifnya, abaikan saja. Yang jelas waktu itu aku merasa aneh dan sangat janggal. Jawaban dari temenku sesaat setelah aku protes kurang lebih, “lho, kan sama saja. Ukhti itu dari bahasa arab yang artinya saudariku; kakak/adek perempuan. kalo di Indonesia bisa diganti adek/kakak, jadi kalo aku panggil dengan ‘dek’ sama saja.

Jlebbbbbb!!!!
Waktu dapet jawaban atas protesku.
Ah, aku lupa. Alasan dia mutlak benar. Meski aku tidak punya kapabilitas bahasa arab yang baik, aku tau maknanya memang demikian. Dan meski hanya sedikit, waktu di MI aku pernah diajari dasar-dasar bahasa arab. Cukup. Aku tak bisa menyalahkannya lagi.
Belajar dari pengalaman tersebut, aku berusaha membuka mata terkait penggunaan vocab bahasa arab di sekitar, yang menurutku banyak yang tidak pas penggunaannya, bahkan banyak yang mengalami penyempitan makna.

Untuk lebih jelasnya, yuk belajar dari ahlinya, mari sekarang baca cermat pembenahan beberapa penggunaan vocab di Indonesia yang aku ambil dari status FB Fatihdaya Khoirani :
 
1.    Penggunaan Ukhty-akhy
أختي (baca: ukhtii) artinya adalah saudariku
أخي (baca: akhii) artinya adalah saudaraku


Seringkali kita jumpai akun Facebook seorang wanita atau seorang pria "ukhtina", "ukhti", "akhi", namun kata ini terletak sebagai awal nama…seperti: "Ukhti Ayu" (Saya hanya mengambil contoh dan itupun murni "mengarang"…jadi, jika memang ada kesamaan dengan seseorang yang ada di Facebook ini, saya minta maaf…karena sependek yang saya ingat, malah tidak ada salah satu kontak saya yang bernama demikian), maka artinya menjadi "saudariku, Ayu". 


Atau mungkin kita pernah mendengar "ukhti ku" =>kata "ukhti" saja sudah berarti saudariku kok…beda halnya jika kalimat seperti ini digunakan dalam bahasa arab dengan susunan semisal "أختي أنا" (baca: ukhtii ana. Artinya: benar-benar/betul-betul saudariku) bahwa seseorang yang dipanggil "saudariku" itu memang betul-betul saudari si pembicara….maka kata "ana" yang berarti saya, berfungsi untuk menguatkan/menegaskan (taukiid) bagi kata ganti yang menyatakan "milikku" (berupa dhamir ya mutakallim), yang tersimpan dalam lafazh أختي , yang maknanya adalah saudariku. Akan tetapi, itupun memang digunakan dalam bahasa arab…kalau kalimat "ukhti ku" digunakan dalam susunan bahasa Indonesia malah jadi tidak betul.

Demikian pula ketika menyebut "ukhtina" => ada faktor apakah yang menyebabkan lafazh "ukhti" menjadi dikasrah (membuatnya menjadi ism majruur)? Faktornya memang betul-betul ada, atau takdirnya hanya mengada-ada saja [ngepas-ngepaske wae]? Atau mungkin karena belum paham bahasa arab ya? mungkin posibilitas terakhir ini yang lebih besar.
Saran saya: coba gunakanlah "ukhtukum" yang artinya saudari kalian (yang diajak bicara adalah kumpulan pria, atau campuran antara pria dan wanita)…atau "ukhtukunna" (saudara kalian => yang diajak bicara adalah kumpulan para wanita)


2.    Penempatan kata "AKHAWAAT-IKHWA­AN"
Kita sering menjumpai orang berkata, "Ada seorang akhwat"…atau "Ada seorang ikhwan" yang demikian dan demikian atau ketika mendapat telpon dari seseorang, "Saya sedang berbicara dengan siapa? akhwat atau ikhwan ya?" Kalimat ini, jika hanya ditinjau dari maksudnya…maka si pendengar bisa memahami bahwa yang dimaksud oleh pembicara adalah seorang lelaki/wanita penuntut ilmu syar'i atau aktivis dakwah. Akan tetapi, jika ditinjau dari makna dua kata ini secara bahasa, tentu penempatan kata pada kalimat tersebut keliru. Ikhwan إخوانٌ  merupakan kata yang diambil dari bahasa arab, dan kata ini adalah bentuk jamak (plural) dari kata "akh". arti ikhwaan: saudara-saudara lelaki (baik ada hubungan darah/pertalian nasab yakni kandung satu ayah satu ibu; satu ayah lain ibu; satu ibu lain ayah atau sepersusuan, maupun teman sejawat). Begitupula dengan kata akhawaat yang merupakan bentuk jamak dari kata ukht yang artinya saudari-saudari wanita (baik ada hubungan darah/pertalian nasab yakni kandung satu ayah satu ibu; satu ayah lain ibu; satu ibu lain ayah atau sepersusuan, maupun teman sejawat)


Untuk belajar lebih banyaknya, silakan belajar pada ahlinya. Dengan belajar bahasa arab, selain kita jadi tau penggunaan yang tepat vocab-vocab bahasa arab, kita juga bisa belajar memaknai al-quran dengan baik. Salah satu contohnya dalam memaknai ayat TQS. Al-Insyiroh: 5-6, mungkin pernah ada yang bingung dan bertanya-tanya, saya pribadi jujur pernah bertanya, mengapa melalui 2 ayat ini bisa ditafsirkan bahwa Allah menjanjikan 2 kemudahan pada setiap 1 kesukaran. Dan inilah penjelasannya, aku ambil di kucintaquran.blogspot.com :

Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

 “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 6)

Mengenai ayat di atas, ada beberapa faedah yang bisa kita ambil:


Di balik satu kesulitan, ada dua kemudahan

Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim ma’rifah  diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.

Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang.[1] Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.


Dari sini, para ulama pun seringkali mengatakan, “Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan.” Asal perkataan ini dari hadits yang lemah, namun maknanya benar[2]. Jadi, di balik satu kesulitan ada dua kemudahan.


Note: Mungkin sebagian orang yang belum pernah mempelajari bahasa Arab kurang paham dengan istilah di atas. Namun itulah keunggulan orang yang paham bahasa Arab, dalam memahami ayat akan berbeda dengan orang yang tidak memahaminya. Oleh karena itu, setiap muslim hendaklah membekali diri dengan ilmu alat ini. Di antara manfaatnya, seseorang akan memahami Al Qur’an lebih mudah dan pemahamannya pun begitu berbeda dengan orang yang tidak paham bahasa Arab. Semoga Allah memberi kemudahan.


Demikian, semoga bermanfaat J

Senin, 18 Februari 2013

Aku jatuh hati


Aku telah jatuh hati,
mungkin terlalu nekat aku menjatuhkan hati pada mu
tak peduli orang mencemoohku
mengintimidasi dengan segala kekurangan mu
kerana aku yakin tak ada yang sempurna di dunia ini
begitu pun dengan kekurangan mu ini
di balik kekurangan mu yang tampak sempurna, pasti ada kelebihan yang kamu miliki
dan rasanya kelebihan mu telah memenuhi ruang khusus di hati ini

jika ada yang bertanya,
mengapa hatiku memilihmu
aku tak mampu memberi jawaban yang sempurna
karena hatiku pun sebenarnya sering bertanya mengapa
sungguh aku tak paham sepenuhnya, mengapa dulu aku memilih mu
aku tak mengerti mengapa begitu mudahnya aku menjatuhkan pilihan pada mu
aku juga tak memahami mengapa begitu ringannya langkah ku mendatangi mu dan rela memeluk keangkuhan mu

akankah kelak kamu akan memberikan hati yang selama ini aku cari
dan akankah kelak kamu akan benar-benar memberikan singgasana mu untuk ku tempati
ah..aku tak berani banyak berharap hanya bisa menanti

Untuk mu yang pernah memberikan kehangatan untuk ku: Semarang


>> video perjalananku pulang dari Semarang:


Minggu, 17 Februari 2013

Novel: Ayahku (bukan) pembohong


novel Tere Liye
Aku sama sekali tidak tertarik untuk membaca novel karangan Tere Liye berjudul Ayahku (bukan) Pembohong. Melihat sekilas dari cover dan judul, aku sudah bisa menebak inti cerita dari novel ini. Ah, sangat tak menarik pikirku kala pertama melihatnya.

Akan tetapi, belum lama ini, karena hasrat ingin membacaku sedang memuncak dan ada kesempatan membacanya. Aku pun berela hati membaca novel ini. Untuk ide cerita memang benar sesuai dugaanku, judul yang baik adalah yang mampu menggambarkan inti cerita, jadi tidaklah salah penilaian pertamaku sebelum membaca novel ini. Ah, tapi ternyata, dengan besar hati, aku akui, teknik menulis dan segala kemampuan menulis yang dimiliki oleh Tere Liye mampu merobohkan keangkuhanku, aku jatuh hati. Tere Liye melalui setiap kata-katanya mampu menghanyutkan aku dalam cerita ini. Dari cerita novel ini, sebenarnya banyak hikmah yang dapat kita ambil antara lain bagaimana menjadi seorang ayah yang baik, anak yang baik, ibu yang baik, istri dan menantu yang baik, serta bagaiman seharusnya kita menghadapi pengalaman pahit dalam hidup seperti saat dihina dan sebagainya. Namun, ada satu hal yang sangat menarik hatiku. Sejak awal cerita, aku sangat terkesan dengan tokoh Taani dalam novel ini.

Tokoh Taani ini menurut aku pribadi dalam novel berperan sebagai istri dan menantu yang bisa dijadikan teladan (seharusnya memang demikian). Aku sangat terkesan dengan sikap dan cara Taani saat berusaha mengingatkan Dam (suami Taani, tokoh utama) untuk bersikap baik dan mengendalikan diri pada Ayah Dam, serta saat Taani berusaha menenangkan atau mengurangi suasana tegang ketika Dam bersitegang dengan ayahnya. Taani memperingatkan suaminya dengan cara yang halus, melalui genggaman tangan dan tatapan matanya. Ia tak berbicara di depan semua, tetapi caranya sangat efektif untuk mengendalikan emosi suaminya, sehingga caranya tak sedikit pun merendahkan atau menyingung suaminya. menurutku, inilah sikap istri yang sangat dibutuhkan oleh setiap suami. Istri yang menenangkan. 

Sebagai menantu, Taani sangat memperhatikan ayah mertuanya. Ia selalu berusaha mendekatkan anak-anaknya pada ayah mertuanya (kakek dari anak-anaknya), ia tak mau ayah mertuanya ini hidup kesepian di masa senjanya. Taani jugalah yang memaksa agar ayah dam tinggal bersama mereka. Sungguh, aku yakin istri dan menantu seperti inilah yang didambakan oleh setiap orang.
Dan semoga aku bisa meneladani kebaikan dari tokoh ini
Aamiin
J

apa mau mu hati?

hasil googling


Hai, apakabar hati?
Masih kuatkah kamu dengan semua ini?
Masih bertahankah kamu dengan rasa yang telah kamu patri?
Apa mau mu hati?
Apalagi yang kamu butuhkan untuk meyakinkan ini?
Hati, kamu harus hidup di dunia nyata
Jangan terus menyulam harap dalam dunia maya
Bagaimana hati? Sudah siapkah untuk mengatakan “iya” ?
Ayo, bangunlah hati..
Kamu tak boleh terus menutup mata dan telinga
Ingatlah orang-orang berkata,
Jika memang orang yang kamu tunggu benar-benar menginginkanmu, pastilah dia sudah memberikan tanda mewujud nyata
Apa pembelaan mu hati? Kamu mau bilang dia berbeda?
Ah, pikirkan lagi hati, kamu lupa dengan jawaban “test”-mu untuknya?
Hanya kata maaf yang dia beri
Bisa jadi memang dia pernah merasa kamu istimewa, tapi bisa saja itu hanya “pernah”
Saat ini? Siapa yang tau pasti?
Atau kamu memang belum siap dengan nyata, hati?
Kamu tidak ingin mengakui atau kamu terlalu takut untuk sakit hati?

Jumat, 15 Februari 2013

kata

ketika ku ungkap rindu melalui untaian kata
tak pernah terselesaikan apa yang aku rasa
tapi tetap saja aku akan melakukannya

ketika ku ungkap rasaku pada seseorang pada kawan
tak pernah terselesaikan apa yang menggelora dalam dada
tapi tetap saja aku akan melakukannya

dan pun,
ketika galau mengungkung dada
lewat rangkaian kata-kata ku torehkan dalam nyata
meski juga tak terselesaikan galau dan resah yang datang merayap

yah..
meski dan meski,
tetapi dan tetapi,
tetap saja

karena sepanjang sejarah hanya lewat kata-kata lah manusia hidup
dalam firman pertama pun, Sang Pemilik masa menitahkan manusia untuk membaca: kata


*Siti Zulaichah, 14 February 2013
(postingan di goodreads.com)

Kamis, 14 Februari 2013

ini untuk mu, sepotong cerita kita


Kamu ingat pertama kita berjumpa?
Semoga ingatanku tidak buruk, yang aku ingat kita dipertemukan Allah untuk pertama kalinya di Lantai 3 Gedung B Fakultas Kedokteran kampus kita tercinta, sepertinya di hari terakhir Ta’aruf Universitas. Kita duduk di barisan belakang, aku, kamu dan seorang teman dari D3 saling bercerita tentang ta’aruf, dan dengan muka polosmu kamu bilang ini hari pertama mu ikut pekan ta’aruf.
Penampilan mu saat itu (maaf) sangat khas dari asalmu. Tapi yang nempel di otakku kala itu, kamu cukup menyenangkan, karena sangat ramah.

Lalu untuk beberapa lama (sementara), entah kita seperti agak terpisah, padahal waktu itu kita 1kelas, sama-sama duduk di E3. Aku “sibuk” dengan teman yang lain, kamu pun demikian. Akan tetapi, pada semester 2, Allah mendekatkan kita kembali, IPK kita nyaris sama, IPK yang bagus y untuk pembuka, dan qodarulloh menjelang semester 2 kita ngisi KRS barengan, seingetku waktu itu kamu ngisi KRS samaan dengan aku. Jadi, mau tak mau selama 1 semester kita jadi 1 kelas terus. Mau tak mau kita pun jadi lumayan deket. Dan kembali Allah semakin mempererat kita, kita kerja bareng di survey warga miskin, yah..meski kita beda area, tapi kita pernah saling membantu.

beberapa jejak langkah kita
Seiring berjalannya waktu, Allah memang berkehendak untuk kita selalu bersama menghabiskan waktu di kampus. U5, FSA, himmah, Solo dan Salatiga menjadi jejak kebersamaan kita.
Meski aku akui, selama itu kita tak sepenuhnya saling terbuka, tapi kita tetap dekat secara hati. Dan ternyata, Allah memang sebaik-baik Perencana, kamu yang pertama aku kenal di antara teman-teman yang lain, dan kamu juga lah secara fisik yang terakhir membersamaiku di lingkungan kampus.

Terimakasih sudah mengajak ku bermain ke rumah mu, subhanalloh, sungguh itu pengalaman yang berharga untuk aku, seumur hidupku baru sekali itu aku naik kapal :D

Terimakasih untuk serbuk jahenya, sangat bermanfaat untuk ku, aku merasa tersanjung sekali dengan setiap perhatian mu J
Terimakasih untuk urutan mu di Bandung, maaf aku menumpahkan minyak mu >_<
Terimaksih untuk setiap waktu yang telah kita lewati

Maaf untuk setiap salah dan khilafku, aku sangat menyesal pernah berkata-kata yang menyakitimu, sungguh aku tidak sengaja, niatku hanya bercanda, maaf untuk airmata yang telah menetes, maaf aku belum mampu menjadi teman yang baik.

Uia, terimakasih juga telah mengizinkanku memanggil mu “KIMBUL”

Setiap huruf yang terangkai menjadi kata dan terkumpul menjadi kata-kata ini tak mampu sempurna mewakili rasa dalam dada, menggambarkan setiap detik dan yang telah kita lewati dan meninggalkan jejak untuk dijadikan reminder setiap kenangan, bukan salah kata-kata dan huruf yang ada, akan tetapi semua karena keterbatasan ku saja..

Untuk setiap rindu yang datang membuncah,
Untuk setiap rangkaian kata rindu yang kukirimkan
Semua benar dan apa adanya
Semua ada di dalam dada
Akan tetapi, karena keterbatasan diri ini, aku belum bisa mewujudkan dalam nyata untuk menyelesaikan setiap rasa
Kucukupkan diri ini puas menyayangi dan merinduimu dengan untaian doa

*Waktu dhuha berselimut rindu di kota bersenyum

Selasa, 12 Februari 2013

rindu


Sebelumnya saya sadar sepenuhnya, bahwa setiap perpisahan dan jarak akan selalu menumbuhkan rindu, memberi kesempatan pada sang rindu untuk menggantikan semua yang terjarak
Kini saya sadar sepenuhnya, hanya pertemuan raga yang mampu menghapus dan mengusir si rindu, dan saya pun menyadari betapa tak mudahnya untuk mewujudkannya
Yah, kata-kata ini hanyalah kata-kata, tak kan pernah sempurna menyampaikan rasa dalam dada
Kata-kata hanyalah kata-kata, tak kan pernah mampu menyelesaikan rasa

gambar hasil googling

bahasa SMS


S.M.S
gambar hasil googling
Salah satu media komunikasi yang teramat vital dan paling banyak aku gunakan untuk menghubungi orang, karena alasan sederhana: relatif murah dan hampir semua orang bisa dan peka dengan media ini.

Sangat berbeda dengan telepon yang butuh modal lebih banyak. FB? tak semua orang memiliki akun FB dan jarang juga yang peka dengan message atau postingan wall. Twitter apalagi, orang-orang di sekitarku sepertinya kurang menyukai twitter. Email? Beuh, mungkin nunggu sampai lumutan. Whatsapp? Nggak semua ada fasilitas ini, cuma smartphone yang bisa.

Nah, intinya sms tetap masi jadi pilihan pertama untuk komunikasiku. Dalam dunia per-sms-an, kita berhadapan dengan tulisan, ingat hanya tulisan, rangkaian huruf2 dan simbol2, tak ada nada atau intonasi. Sehingga pencitraan atau interpretasi dari pesan dalam sms itu sifatnya sangat dependent terhadap subyek terutama penerima/pembaca  pesan. Terserah pembaca, mau membaca pesan (berimajinasi intonasi dari pesan) dengan intonasi seperti apa.

Contohnya, ketika ada pesan,”Sudah, tak perlu dibahas lagi!”. Syah2 saja kalo penerima pesan menginpretasikan pesan ini dengan intonasi marah karena ada tanda seru (!) di akhir kalimat, karena sesuai EYD, Tanda seru adalah tanda baca yang biasanya digunakan setelah suatu interjeksi atau kalimat seruan untuk menunjukkan perasaan atau suara tinggi dan sering menandai akhir suatu kalimat (Sumber: Wikipedia). Meskipun sebenarnya si pengirim pesan tidak bermaksud demikian, bisa saja maksud si pengirim pesan hanya ingin menegaskan permintaannya ini.

Jadi tak heran, jika sering sekali muncul masalah berupa salah paham karena sms. Aku pribadi, uda sering salah paham karena masalah ini.

Dan selama aku mengenal dunia sms, ada beberapa yang tidak aku sukai ketika menerima sms dari orang lain. Yah, meski aku tau itu hak setiap orang, hak asasi setiap orang dalam berkreasi atau berekspresi, gaya dan bahasa sms ku juga tidak sempurna, aku yakin ada orang yang tidak menyukainya juga. Tapi, aku juga punya hak prerogatif untuk tidak menyukai gaya dan bahasa sms orang.
3 hal yang paling tidak aku sukai dari gaya dan bahsa sms  adalah:
1.     Bahasa alay
Bahasa alay yang aku maksud di sini bukan kata2 alay yang jadi trending topik. Kalo bahasa2 demikian, aku bisa memahami secara arti, aku tidak anti dengan bahasa2 itu, aku pribadi pun kadang menggunakannya untuk lucu2an, seperti ciyus, miapah dan yang lainnya.
Bahasa alay yang aku maksud adalah cara menyingkat atau penggunaan huruf dalam kata2 yang sebenarnya biasa. Bisa dibilang ini penilaian yang sangat subyektif, tapi lagi2 dengan alasan hak prerogatif, aku tetap berhak untuk tidak menyukainya.
Contohnya: kata “kalau”, aku terbiasa menyingkatnya “kalo”, jadi ketika ada yang hanya menuliskan “Lo” aku menganggap ini kata2 alay yang menyebalkan, aku tidak menyukainya, karena kata ini sangat ambigu buat aku, karena aku seringnya membaca sms sesuai tulisan, jadi aku bacanya “Lo” sesuai EYD, nah kata “lo” bisa saja aku artikan sebagai kata ganti orang ke-2 yang bisa menggantikan kata “km”, lo untuk lawan dari gue.
Ini ada beberapa kata yang aku catet sebagai kata alay yang menyebalkan karena cara menyingkatnya yang sangat tidak wajar menurutku:
Dn   >> ini dari kata “dan”, apa susahnya coba nambahin huruf a ???
Sgat  >> ini dari kata “sangat”, hadu! Kurang 2 huruf aja, kenapa nggak ditulis lengkap aja, nggak enak banget dilihat. Atau pakai kata “banged” aja lah, jd “bgt” atau “bgd” kalo mau hemat
Perti  >> ini dari kata “seperti”, kurang cakep kan dilihat dan dibaca
Ngom  >> parah! Mana aku paham ini dari kata apa. Ngompol? Ngomporin? Ngomong?
It  >> wadu, ini bahasa inggris atau apa ya?
rumahX  >> jiah, sms sekarang uda murah, tulis aja “rumahnya”, sumpah! Nggak enak aku bacanya “rumah eks”
pny >> Pe eN Ye itu apa??? Kenapa huruf konsonan semua? *face palm
unt’  >> wallagh, ini apa lagi maksudnya?
ma’av  >> jauh dari EYD, boros pula, tulis “maaf” aja lah, lebih tulus kelihatannya dan enak di mataku
sat  >> geje, nggak paham
in  >> yah, english lagi, tambahin 1 huruf pelit amat, atau dibalik aja deh jadi “ni”
2.     Penggunaan kata ganti “U” (dibaca: you)
Untuk kata ganti orang ke-2 ini, aku ngrasa sangat nggak sopan. Coba bayangin orang ngomong live di depan kita pake kata ini, haduh! Nggak enak banget kan? Aku tau emang jadi hemat, kita cuma butuh ngetik satu huruf, tapi kalo penerima sms nya seperti aku yang baca sms sesuai tulisan akan sangat nggak enak, tolong deh, nggak usah sok ke-inggris2an, mana vocab english-nya cuma di satu kata ini pula. Apa susahnya sih ketik “km” yang dibaca “kamu”, ini jauh lebih terkesan lebih sopan dan akrab.
3.     Penggunaan tanda seru (!) dan abjad dengan huruf kapital semua
Penggunaan tanda seru dan huruf kapital, menurut aku pribadi mengekspresikan orang marah2.

Yah, tapi ini semua hanya uneg2 aku pribadi. Sangat jarang aku sampaikan pada pengirim sms. Meski kadang teramat kesal, tapi aku selalu mencoba menahan diri untuk tidak membuat masalah dan demi menghormati hak orang lain. Aku tak bisa memaksa. Dan juga bukan merupakan dosa mengabaikan uneg2ku ini.

Apa pun bahasa sms sender-nya, selama isinya baik aku tetap menghargainya J

Kamis, 07 Februari 2013

teman dumay


Pertama punya akun fb, aku begitu semangat nyari teman, sebisa mungkin add banyak2 teman, tak peduli aku kenal atau nggak di dunia nyata, aku merasa senang dengan banyaknya teman, girang tiap buka fb ada teman yang add, buru2 aku confirm tanpa kroscek2, angka ratusan pun teraih, puncaknya pernah mencapai  700an teman.

Seiring berjalannya waktu, aku jenuh, banyak status bahkan terlalu banyak status dari orang asing yang mampir di beranda, isinya pun menurutku tak penting (maaf ya kalo ada yang tersinggung), tak sedikit juga message masuk dari teman fb yang tak ku kenal, isinya sama juga tak penting, minta kenalan lah, minta di comment/like statusnya lah, minta nomer hp lah, curhat geje lah, bahkan pernah ada yang tag foto, yang sama sekali aku nggak paham mereka siapa????!

Arrrrrrggggggghhhhhhhh
Aku jenuh, benar2 jenuh, siapa mereka???? Aku nggak tau, bener2 nggak tau..
Selain karena bingung dengan ketidaktahuan identitas aku dihadapkan pada realita perilaku yang kurang menyenangkan dari orang2 asing, seperti  chat geje dan ambil foto sembarangan.
Akhirnya sejak beberapa waktu lalu, aku memutuskan menyortir teman fb-ku, aku me-unfriend teman2 yang tak ku kenal, butuh waktu sebulanan lebih aku memilah2 mana teman yang kukenal dan tidak, karena nama di fb kebanyakan alay (tak memakai nama asli). Aku menyingkirkan jauh2 anekdot yang dulu aku jadikan pijakan.
“siapa sih gue? Sampai nggak mau confirm request pertemanan???”
Sekarang yang menempel di otakku, aku mau merasakan kenyamanan di dunia fb, aku cuma mau lihat status2 teman yang aku kenal.

Jadi ketika muncul request pertemanan seperti ini,

hasil capture pribadi
(sehari ada 3 yang add)

Aku bakal santai (cuek –read) saja, apalagi kalo aku liat namanya nggak aku kenal, maaf sajalah, silakan add yang lain, karena sebenarnya aku uda pasang pengumuman seperti ini,

hasil capture pribadi
(pengumuman aku di FB)

Yah, tapi sepertinya jarang yang baca, karena pada kenyataannya masih banyak orang asing add juga.. >_<
Ini buktinya..

hasil capture pribadi
(puluhan orang add ak cuekin :p)

*Tulisan pemanasan setelah merasa lama nggak nulis*