Minggu, 07 Juli 2013

cukup tau saja

Kemaren, Allah menuntun saya mampir di sebuah group Islami, dari postingan2 yg ada sepertinya membernya para aktivis dakwah (mungkin) di Indonesia. Bukan main, hampir di setiap postingan atau comment menyertakan dalil2 shahih dan pendapat para ulama. Sangat menarik topik yg mereka bahas untuk saat ini: peristiwa kudeta di Mesir. 

Akan tetapi, entah ini hanya perasaan saya atau memang demikian, mereka ini berdebat, atmosfer menyerang yg saya rasakan, bukan menasehati melainkan mencela. 
Para simpatisan IM 'menyarankan' agar HT segera bertindak di Mesir, dan mereka memvonis HT lah dibalik aksi kudeta ini, dll. 
Saya hanya tersenyum, bukan meremehkan mereka, bukan. 
Saya tidak lebih baik dari mereka. 
Saya hanya teringat apa yg pernah saya lakukan. Bahkan belum lama saya tersadar dan berusaha untuk memperbaikinya. 

Dulu, saya hobi baca dan nonton berita tentang carut-marutnya pemerintahan negeri ini dan kasus2 menggila lainnya. Saya pun hobby melempar comment, KPK lambat, tak setuju dg kenaikan BBM, pemerintah tak peka, demikian dan demikian. Tak ada habisnya. 

Lalu saya tersadar, apa manfaat dari comment2 saya ini? Paling tidak manfaat untuk diri saya? Toh, kinerja KPK tetap demikian, BBM pun tetap naik. Sungguh, tak ada. Untuk diri sendiri saja tak ada, apalagi untuk orang lain. 
Dan siapa saya tiba-tiba merasa penting untuk berpendapat. 

Sungguh saya menyesal. Saya justru merasa, apa bedanya saya dengan para komentator2 di media2 berita yg sering berkomentar semau2nya tanpa memperhatikan etika. Padahal, saya sering merasa risih membaca komentar2 mereka. Ah, rasa-rasanya saya pun terkena dampak negatif dari maraknya jejaring sosial. Di mana setiap orang merasa berhak dan penting berpendapat, tanpa pernah memikirkan apa manfaat yg di dapat. Padahal pendapat2 ini sungguh sering tak bermanfaat, karena sebenarnya hanya mendiskusikan hal yang sudah sama2 diketahui, dan tak disampaikan pada yg berhak, yg ada hanya celaan dan celaan saja. 

Astaghfirullah. Semoga Allah membantu diri ini untuk meninggalkan hal yang sia2, karena tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal2 yg tak bermanfaat.

Terkadang dalam menyikapi berita, kita "CUKUP TAU SAJA", tanpa perlu banyak berkomentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar