Pagi ini mendung, tapi senyumku
mengembang. Aku menyisir rambutku dan mengikatnya di depan cermin. Ah,
lagi-lagi kutemukan rambut panjangku rontok beberapa helai. Katanya, ini akibat
aku kurang sehat. Sehat? Entahlah, kapan terakhir aku merasa aku benar-benar sehat. Yah,
inilah aku, aku melihat wajahku di depan cermin. Pantas saja banyak orang asing yang melihatku tak
akan segan bertanya, “Sakit ya, Mbak?”,
dan selalu aku jawab dengan senyuman.
Aku mengoleskan foundation ke kulit wajah. Aku sengaja
menebalkannya. Bedak pun kutempelkan pada wajah. Eye liner kugoreskan di kelopak mata. Tak lupa ku poleskan lipstik
warna soft pada bibirku. Kulihat make up
sudah lumayan sukses menyamarkan wajah pucatku.
masjid di kotaku |
Aku pun bersiap menemui mu.
Ya, hari ini kamu mengabariku akan mengunjungiku di kotaku ini. Setelah aku
merasa siap dan semua sudah beres, aku pun bergegas berangkat menuju tempat
yang aku janjikan untuk melayani mu sebagai tamuku. Aku berjanji akan
mentraktirmu makan dan kita akan bertemu di alun-alun kota. Dengan motor, aku
menuju tempat itu.
Aku duduk di dekat pohon
beringin alun-alun sebelah selatan dekat masjid. Menunggumu. Kamu ternyata
sudah sampai di kota ini. Tunggu sebentar, aku shalat dhuha dulu di masjid
kebanggaan kotamu, pesan singkatmu kepadaku mengabarkan. Aku pun tersenyum. Aku
merasa ada kupu-kupu terbang ringan di perutku. Iya, jangan lupa titipan doaku,
aku menunggu mu di bawah pohon beringin alun-alun depan masjid, balasku
untukmu.
Tak berapa lama. Aku
melihat kamu berjalan ke arahku. Seperti biasa, badan tegap dengan muka dingin tak
peduli orang sekitar, itulah kamu. Saat jarak tak lebih dari 2 meter dari aku,
kamu tersenyum dan mengucapkan salam. Aku pun tersenyum dan menjawab salam mu.
Kutawarkan mau langsung makan atau mau duduk-duduk dulu di sini. Kamu memilih
untuk duduk sejenak menikmati hawa sejuk kota ini. Untung sudah aku persiapkan
makanan ringan dan 2 botol minuman untuk ini. Aku tidak mau mengulangi
kesalahan pada pertemuan pertama kita. Kali ini kamu tersenyum lebih lebar dan
memujiku sebagai wanita perhatian, dan tanpa basa-basi kamu menghabiskan
makanan itu, lapar katamu tanpa malu. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum, aku
tau kamu pasti lapar, kamu berangkat pagi-pagi demi berkunjung ke kotaku.
“Sekarang, sudah sehat?”, tanyamu kembali membuka percakapan.
Alhamdulillah, jawabku tak lupa memberi senyum untuk mu. Setelah itu kita
terdiam beberapa saat, aku tertunduk malu tak berani menatap ke arahmu, aku
lebih sering memilih membuang tatapanku jauh
ke arah alun-alun, mengamati pengunjung alun-alun yang lain. Aku kira kamu pun
melakukan hal yang sama.
“Ada yang ingin kamu ceritakan?”, kamu kembali membuka
percakapan.Aku menghirup nafas dalam-dalam dan memberanikan menatap mata mu.
Ekspresi bingungku berhasil kamu tangkap dan kembali kamu mencoba memancingku
untuk bercerita, “Biasanya kamu kan
banyak cerita, sms mu selalu panjang. Mumpung aku di depan mu, ayo cerita! Sekarang,
aku pengen denger langsung.”.
Kembali aku menghirup nafas
dalam-dalam dan menghempaskannya kuat-kuat. Aku mencoba mengumpulkan
keberanian. Aku bertanya, apa aku boleh bercerita apa saja. Kamu tersenyum dan
bilang tentu saja boleh. Kamu berjanji akan menyimak dengan baik semua
ceritaku.
*bersambung