Kamis, 02 Mei 2013

When Approached #11


To: anin.dieta@live.com
Subjet:

Ok2, soal balasenmu yang lambreta, uda hampir jamuran aku ini, mungkin ini efek karena kamu belum pernah naik kereta, hhehe

Ah, aku sekarang yang malah pengen mbahas temen Ardhian, rasanya aku juga merasakan hal sama denganmu. Aku kangen cara dia memperhatikanku dan mengkhawatirkanku dari kejauhan #please jangan su’udzon dulu, jangan bilang aku GR!
Meski sampai saat ini, aku belum bisa sepenuhnya ridho dengan sikap kalian di masa lalu: sering membicarakan aku di belakang. Aku akui kebaikan kalian (dia dan kamu, mungkin tambah temen2 lainnya), kalian sangat baik memperlakukan aku, tak mau membuatku patah seketika. Tapi, dulu aku belum bisa menyadari kebaikan itu, justru aku sangat marah dengan semua sikapnya. Semoga dia memaafkan semua khilafku. Terimakasih ya untuk semua perhatian dan kekhawatiran kalian J
Dan sekarang, benar2 akhiri membicarakan dia lagi. Titik!

Ok, sekarang kita fokus ke masa depan!
#Ceileh..bahasa gue :D

Aku cuma pengen berhenti dijadikan “bukan-bulanan” tema obrolan keluarga. Salahkah niatku Nne?
Aku cukup terhenyak bacanya, meski aku bisa terima alasanmu ini. Karena aku juga mengalaminya. Tapi, please. Untuk saat ini, kamu wajib simak kata-kataku dan pikirkan dengan utuh.

Anin yang cantik, aku kan sudah cerita tentang proses ta’arufku beberapa waktu lalu. Sebelum kita mulai bercerita melalui email ini. Waktu tawaran ta’aruf itu datang, aku begitu bersemangat, aku bahagia, aku akan segera mengakhiri ‘derita jodoh’ yang menyerangku. Aku rela bolos kerja demi ta’aruf ini, padahal paginya baru aja aku kena teguran GM. Aku mikir pendek saat itu. Aku hanya berpikir untuk mengakhiri semuanya. Aku menikah. Selesai. Dan ternyata, ta’arufku gagal, dan parahnya, aku yang memutuskan untuk tak melanjutkannya.
Kamu tau Anin? Sampai detik ini, sungguh sebenarnya aku masih merasa bersalah pada ikhwan itu. Dia ikhwan yang benar2 baik. Aku merasa sudah mempermainkannya. Aku melihat cahaya pengharapan di matanya padaku, bukannya GR, tapi sepertinya dia sudah menaruh harap besar untuk aku. Astaghfirulloh, semoga dia segera menemukan pendamping yang jauh lebih baik dari aku.
Kakak ku pun sampai menasehati aku perihal ini, dia merasa sangat kasihan dengan nasib si ikhwan. Dia memintaku untuk jangan pernah main2 dalam ta’aruf karena ini bisa melibatkan perasaan juga.
Jadi Anin, tolong, kalo kamu belum benar2 siap, jangan sanggupi. Hmm.. tapi aku juga tak akan memaksamu. Jodoh masih jadi misteri buat kita.

Dan penilaianku tentang Rafky.
Jujur, aku tak suka melihat dari akun fb-nya. Menurutku, dia tu tipe cowok yang demen tepe2. Terlalu terbuka ama cewek2. Liat deh, di setiap statusnya mencerminkan dia cowok yang suka bikin cewek klepek2. Bikin status2 yang bisa mancing cewek2 biar terpesona. Aku nggak yakin kamu bakalan bisa lama2 berdampingan dengan orang seperti itu.
Jangan lupa, kita tu punya sifat yang sama Anin, kita PENCEMBURU tingkat BIDADARI, pencemburu kronis, stadium 4!
Intinya, aku kurang setuju kalo kamu ama Rafky.
Maaf, ya aku terlalu jujur.


Baca:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar