To: anin.dieta@live.com
Subjet:
Ok2, soal balasenmu yang lambreta, uda hampir jamuran aku ini,
mungkin ini efek karena kamu belum pernah naik kereta, hhehe
Ah, aku sekarang yang malah pengen mbahas temen Ardhian, rasanya
aku juga merasakan hal sama denganmu. Aku kangen cara dia memperhatikanku dan
mengkhawatirkanku dari kejauhan #please jangan su’udzon dulu, jangan bilang aku
GR!
Meski sampai saat ini, aku belum bisa sepenuhnya ridho dengan
sikap kalian di masa lalu: sering membicarakan aku di belakang. Aku akui
kebaikan kalian (dia dan kamu, mungkin tambah temen2 lainnya), kalian sangat baik
memperlakukan aku, tak mau membuatku patah seketika. Tapi, dulu aku belum bisa
menyadari kebaikan itu, justru aku sangat marah dengan semua sikapnya. Semoga
dia memaafkan semua khilafku. Terimakasih ya untuk semua perhatian dan
kekhawatiran kalian J
Dan sekarang, benar2 akhiri membicarakan dia lagi. Titik!
Ok, sekarang kita fokus ke masa depan!
#Ceileh..bahasa gue :D
Aku
cuma pengen berhenti dijadikan “bukan-bulanan” tema obrolan keluarga. Salahkah
niatku Nne?
Aku cukup terhenyak bacanya, meski aku bisa
terima alasanmu ini. Karena aku juga mengalaminya. Tapi, please. Untuk saat
ini, kamu wajib simak kata-kataku dan pikirkan dengan utuh.
Anin yang cantik, aku kan sudah cerita tentang proses ta’arufku
beberapa waktu lalu. Sebelum kita mulai bercerita melalui email ini. Waktu
tawaran ta’aruf itu datang, aku begitu bersemangat, aku bahagia, aku akan segera
mengakhiri ‘derita jodoh’ yang menyerangku. Aku rela bolos kerja demi ta’aruf
ini, padahal paginya baru aja aku kena teguran GM. Aku mikir pendek saat itu.
Aku hanya berpikir untuk mengakhiri semuanya. Aku menikah. Selesai. Dan
ternyata, ta’arufku gagal, dan parahnya, aku yang memutuskan untuk tak melanjutkannya.
Kamu tau
Anin? Sampai detik ini, sungguh sebenarnya aku masih merasa bersalah pada
ikhwan itu. Dia ikhwan yang benar2 baik. Aku merasa sudah mempermainkannya. Aku
melihat cahaya pengharapan di matanya padaku, bukannya GR, tapi sepertinya dia
sudah menaruh harap besar untuk aku. Astaghfirulloh, semoga dia segera menemukan
pendamping yang jauh lebih baik dari aku.
Kakak ku pun sampai menasehati aku perihal ini, dia merasa sangat kasihan dengan nasib si ikhwan. Dia
memintaku untuk jangan pernah main2 dalam ta’aruf karena ini bisa melibatkan
perasaan juga.
Jadi Anin, tolong, kalo kamu belum benar2 siap,
jangan sanggupi. Hmm.. tapi aku juga tak akan memaksamu. Jodoh masih jadi
misteri buat kita.
Dan penilaianku tentang Rafky.
Jujur, aku tak
suka melihat dari akun fb-nya. Menurutku, dia tu tipe cowok yang demen tepe2. Terlalu
terbuka ama cewek2. Liat deh, di setiap statusnya mencerminkan dia cowok yang
suka bikin cewek klepek2. Bikin status2 yang bisa mancing cewek2 biar
terpesona. Aku nggak yakin kamu bakalan bisa lama2 berdampingan dengan orang
seperti itu.
Jangan lupa, kita tu punya sifat yang sama Anin,
kita PENCEMBURU tingkat BIDADARI, pencemburu kronis, stadium 4!
Intinya, aku kurang setuju kalo kamu ama Rafky.
Maaf, ya aku terlalu jujur.
Baca:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar