2 September 2012, saudara sepupuku
(yang sering dibilang kembaranku) melepas masa lajangnya. Suaminya telah
mengguncang arsy’ dengan akad yang diucapkan. Semoga menjadi keluarga Samara
(Sakinah-Mawadah-warahmah), dan semoga aku segera menyusul, aamiin
Aku dan keluarga pun berduyun2 ke
Tangerang untuk ikut menyaksikan acara syakral tersebut.
1 September, tepatnya Sabtu malam
(malam Minggu) sekitar jam 8an, kami berangkat dengan 2 mobil. Menembus gelap
dan dinginnya Temanggung, kami berjalan ke arah Weleri. Melewati jalan yang
berliku, yang akhirnya menyampaikan kami ke jalur Pantura, tepatnya di kota
Kendal.
Ah, pantura ini mengingatkanku pada
trip Visit Company dari kampus 1tahunan lalu. Bedanya, kali ini tripku bersama
keluarga. Selama perjalanan tidak banyak yang aku lakukan. Aku terhanyut dalam
kenangan2 trip yang lalu.
Tengah malam, sekitar jam setengah 12,
kami istirahat sebentar di sebuah masjid di pinggiran jalan di daerah Kabupaten
Tegal. Saat akan memasuki parkiran masjid, aku dan keluargaku sedikit terhenyak
karena yang jadi juru parkir itu anak kecil. Setelah memarkirkan mobil kami pun
turun, ada yang nyari makanan, ada yang ke toilet, ada yang sekedar duduk2 di
teras masjid. Penasaran dengan si anak kecil, aku pun bertanya pada si anak
tadi, kenapa malam2 gini masih berkeliaran, dengan muka polosnya dia menjawab,
setiap malam dia dan temannya bekerja di sini untuk mendapatkan uang, dan
mereka tidak sekolah. MasyaALLAH, ada rasa perih menelusup, anak sekecil ini
harus menghadapi kerasnya hidup.
Di
mana pemerintah yang selama menggembor2kan program wajib belajar??? Ini di
Pulau Jawa lho ya, bukan daerah terpencil yang sulit dijangkau! Hanya
ini yang ada dalam otak ku kala itu.
Karena kami harus melanjutkan
perjalanan, kami pun harus meninggalkan si anak kecil dan masjid ini.
Keluargaku memberikan sedikit uang untuk si anak kecil, semoga bisa sedikit
membantu hidupnya, harap kami.
Mobil pun berjalan kembali di jalur
pantura. Pikiranku penuh dengan nasib si anak tadi. Perasaan iba dan tak menyangka
memenuhi otak ku, sampai akhirnya aku tertidur. Aku terbangun ketika hampir
memasuki tol. Ketika melewati pos tol, aku dengar keluargaku agak bingung
karena tak ada petugas yang berjaga. Om-ku selaku sopir pun terus menginjak
gas. Aku terhenyak, rasanya ada yang salah dengan proses masuk tol ini.
Perasaanku tak enak. Tapi, aku hanya diam, aku tak yakin apa yang salah, aku
takut dibilang sok tau.
Ternyata benar saja. Di tengah tol kami
melewati pos penjaga, petugasnya meminta karcis tanda masuk tol. Saat memasuki
tol kami tidak mengambilnya, inilah kesalahan kami. Karena kami tidak memiliki
karcis, kami diharuskan membayar denda dengan nominal yang cukup banyak.
Keluargaku protes, karena memang belum mengetahui peraturan baru ini.
Kebetulan, ada pengendara lain juga yang tak memiliki karcis masuk tol (katanya
rombongan dari Madura). Jadi, berame2 kami protes dengan denda yang diberikan, kami
tidak terima karena kami memang benar2 tidak tau. Lucu sebenarnya, kami salah
tapi ngotot nggak mau bayar denda, hhahhaaa
Setelah urusan tol selesai, kami
meneruskan perjalanan, melewati kawasan Ibukota Indonesia, jiaaaaah, katrok2
lah gue, aku berteriak histeris liat gedung yang cukup tinggi bertuliskan PT
Sam***ra Indonesia, “Wow, ternyata kantor Samper gede!” Hhaha, bingung ya aku
heboh? aku heboh karena aku bisa menemukan kekurangan hasil kerja staf2nya. PT
Sam***ra Indonesia itu merupakan perusahaan induk dari PT Sam***ra Perdana,
perusahaan ekspedisi yang menjadi penyedia jasa angkutan untuk perusahaan
tempat aku kerja. Di tempat aku kerja aku menemukan beberapa invoice yang salah
dari perusahaan tersebut. Nggak penting ya? Biarin, yang penting aku seneng, tu
ngebuktiin kualitas aku, lebih teliti :P
Keluar dari tol, kami sampai di wilayah
Tangerang, di tengah kota, om-ku agak lupa jalan ke rumah sepupuku. Kebetulan
waktu itu gi ada rombongan para pejabat polisi setempat (keliatan dari mobil
yang dipake). Di traffic light, qodarulloh lampu merah, mobil kami bersebelahan
dengan mobil polisi, om-ku membuka kaca mobil dan bertanya ke polisi, polisinya
ramah menjawab dan bertanya, “Rombongan dari mana?”, “Dari Magelang, Pak.”,
“Owh, ikut di belakang kami aja ya? Kami antar.”. Kami pun pasrah. Mengikuti
mobil para polisi, lumayan juga jadi bebas hambatan jalannya, meski jalanan
padat merayap, karena kami ikut rombongan polisi hambatan jadi tak berarti :D
Uia, om-ku jelasin kenapa beliau nggak
bilang kami dari Temanggung, tapi justru bilang dari Magelang. Alasannya,
polisi taunya Temanggung itu sarang teroris, jelasnya sambil meringis.
Eaaaaaaaaaaaaa.. tawa semobil pun
menggelegar.
Tak lama kami pun sampai di tujuan,
kami mandi, sarapan dan segera menjadi saksi acara mengguncang arsy’. Lalu
dilanjutkan dengan acara laen.
Malam pun tiba, dengan berbagai
pertimbangan kami memutuskan untuk pulang. Jadi, kami laju Temanggung-Tangerang
ini ceritanya :D
Nggak perlu ditanya rasanya seperti
apa, lelah, ngantuk, full daaaaah..
Saat pulang kami dibawa puter2 Jakarta
terlebih dahulu, tapi sepertinya ini pilihan yang SALAH! Jakarta macet parah,
bikin emosi jiwa, tak perlu deskripsi lebih lah ya, bayangkan sendiri.
Perjalanan pulang, tak banyak juga yang
aku lakukan, tubuhku uda bener2 minta istirahat. Sabtu, 1 September, sepulang
kerja aku langsung packing untuk perjalanan dan sampai berangkat aku emang
belum istirahat. Habis, habislah badanku.
Waktu shubuh, kami mampir ke sebuah
masjid di pinggiran jalan, qodarulloh, lagi2 kami beristirahat di wilayah
Tegal, kami sholat shubuh dan sarapan di sana..
Setelah kenyang dan kembali bersemangat,
kami meneruskan perjalanan pulang, hari uda terang, jadi sepanjang jalan
Pemalang-Pekalongan aku melihat anak2 SMA dan SMP berangkat sekolah,
hmmm..kangen pake seragam abu2 ^_^
Ah, hari ini hari Senin, aku uda ijin
untuk tidak masuk kerja. Tapi, di perjalanan aku teringat dengan pekerjaanku,
ini awal bulan, aku sms rekan kerjaku, mengingatkannya untuk meminta rekening
Koran dari bank. Jiaaaaaaaaaaahhhh, BAP kas opname menghantuiku.. :’(
Sesampai di wilayah Batang, om-ku
mengambil jalur berbeda dari saat berangkat kemaren, kami dibawa melewati
daerah pegunungan Batang. Subhanalloh,
indahnya pemandangan di sana
Setelah berhenti di beberapa tempat,
akhirnya kami pun sampai di rumah sekitar jam 11an siang. Setelah bersih diri, teparlah
saia…
Cerita trip-ku ke Tangerang pun selesai