Minggu, 14 Oktober 2012

tangeranggg


2 September 2012, saudara sepupuku (yang sering dibilang kembaranku) melepas masa lajangnya. Suaminya telah mengguncang arsy’ dengan akad yang diucapkan. Semoga menjadi keluarga Samara (Sakinah-Mawadah-warahmah), dan semoga aku segera menyusul, aamiin

Aku dan keluarga pun berduyun2 ke Tangerang untuk ikut menyaksikan acara syakral tersebut.
1 September, tepatnya Sabtu malam (malam Minggu) sekitar jam 8an, kami berangkat dengan 2 mobil. Menembus gelap dan dinginnya Temanggung, kami berjalan ke arah Weleri. Melewati jalan yang berliku, yang akhirnya menyampaikan kami ke jalur Pantura, tepatnya di kota Kendal.
Ah, pantura ini mengingatkanku pada trip Visit Company dari kampus 1tahunan lalu. Bedanya, kali ini tripku bersama keluarga. Selama perjalanan tidak banyak yang aku lakukan. Aku terhanyut dalam kenangan2 trip yang lalu.

Tengah malam, sekitar jam setengah 12, kami istirahat sebentar di sebuah masjid di pinggiran jalan di daerah Kabupaten Tegal. Saat akan memasuki parkiran masjid, aku dan keluargaku sedikit terhenyak karena yang jadi juru parkir itu anak kecil. Setelah memarkirkan mobil kami pun turun, ada yang nyari makanan, ada yang ke toilet, ada yang sekedar duduk2 di teras masjid. Penasaran dengan si anak kecil, aku pun bertanya pada si anak tadi, kenapa malam2 gini masih berkeliaran, dengan muka polosnya dia menjawab, setiap malam dia dan temannya bekerja di sini untuk mendapatkan uang, dan mereka tidak sekolah. MasyaALLAH, ada rasa perih menelusup, anak sekecil ini harus menghadapi kerasnya hidup.

Di mana pemerintah yang selama menggembor2kan program wajib belajar??? Ini di Pulau Jawa lho ya, bukan daerah terpencil yang sulit dijangkau! Hanya ini yang ada dalam otak ku kala itu.
Karena kami harus melanjutkan perjalanan, kami pun harus meninggalkan si anak kecil dan masjid ini. Keluargaku memberikan sedikit uang untuk si anak kecil, semoga bisa sedikit membantu hidupnya, harap kami.

Mobil pun berjalan kembali di jalur pantura. Pikiranku penuh dengan nasib si anak tadi. Perasaan iba dan tak menyangka memenuhi otak ku, sampai akhirnya aku tertidur. Aku terbangun ketika hampir memasuki tol. Ketika melewati pos tol, aku dengar keluargaku agak bingung karena tak ada petugas yang berjaga. Om-ku selaku sopir pun terus menginjak gas. Aku terhenyak, rasanya ada yang salah dengan proses masuk tol ini. Perasaanku tak enak. Tapi, aku hanya diam, aku tak yakin apa yang salah, aku takut dibilang sok tau.
Ternyata benar saja. Di tengah tol kami melewati pos penjaga, petugasnya meminta karcis tanda masuk tol. Saat memasuki tol kami tidak mengambilnya, inilah kesalahan kami. Karena kami tidak memiliki karcis, kami diharuskan membayar denda dengan nominal yang cukup banyak. Keluargaku protes, karena memang belum mengetahui peraturan baru ini. Kebetulan, ada pengendara lain juga yang tak memiliki karcis masuk tol (katanya rombongan dari Madura). Jadi, berame2 kami protes dengan denda yang diberikan, kami tidak terima karena kami memang benar2 tidak tau. Lucu sebenarnya, kami salah tapi ngotot nggak mau bayar denda, hhahhaaa

Setelah urusan tol selesai, kami meneruskan perjalanan, melewati kawasan Ibukota Indonesia, jiaaaaah, katrok2 lah gue, aku berteriak histeris liat gedung yang cukup tinggi bertuliskan PT Sam***ra Indonesia, “Wow, ternyata kantor Samper gede!” Hhaha, bingung ya aku heboh? aku heboh karena aku bisa menemukan kekurangan hasil kerja staf2nya. PT Sam***ra Indonesia itu merupakan perusahaan induk dari PT Sam***ra Perdana, perusahaan ekspedisi yang menjadi penyedia jasa angkutan untuk perusahaan tempat aku kerja. Di tempat aku kerja aku menemukan beberapa invoice yang salah dari perusahaan tersebut. Nggak penting ya? Biarin, yang penting aku seneng, tu ngebuktiin kualitas aku, lebih teliti :P

Keluar dari tol, kami sampai di wilayah Tangerang, di tengah kota, om-ku agak lupa jalan ke rumah sepupuku. Kebetulan waktu itu gi ada rombongan para pejabat polisi setempat (keliatan dari mobil yang dipake). Di traffic light, qodarulloh lampu merah, mobil kami bersebelahan dengan mobil polisi, om-ku membuka kaca mobil dan bertanya ke polisi, polisinya ramah menjawab dan bertanya, “Rombongan dari mana?”, “Dari Magelang, Pak.”, “Owh, ikut di belakang kami aja ya? Kami antar.”. Kami pun pasrah. Mengikuti mobil para polisi, lumayan juga jadi bebas hambatan jalannya, meski jalanan padat merayap, karena kami ikut rombongan polisi hambatan jadi tak berarti :D

Uia, om-ku jelasin kenapa beliau nggak bilang kami dari Temanggung, tapi justru bilang dari Magelang. Alasannya, polisi taunya Temanggung itu sarang teroris, jelasnya sambil meringis.
Eaaaaaaaaaaaaa.. tawa semobil pun menggelegar.

Tak lama kami pun sampai di tujuan, kami mandi, sarapan dan segera menjadi saksi acara mengguncang arsy’. Lalu dilanjutkan dengan acara laen.


Malam pun tiba, dengan berbagai pertimbangan kami memutuskan untuk pulang. Jadi, kami laju Temanggung-Tangerang ini ceritanya :D
Nggak perlu ditanya rasanya seperti apa, lelah, ngantuk, full daaaaah..
Saat pulang kami dibawa puter2 Jakarta terlebih dahulu, tapi sepertinya ini pilihan yang SALAH! Jakarta macet parah, bikin emosi jiwa, tak perlu deskripsi lebih lah ya, bayangkan sendiri.
Perjalanan pulang, tak banyak juga yang aku lakukan, tubuhku uda bener2 minta istirahat. Sabtu, 1 September, sepulang kerja aku langsung packing untuk perjalanan dan sampai berangkat aku emang belum istirahat. Habis, habislah badanku.
Waktu shubuh, kami mampir ke sebuah masjid di pinggiran jalan, qodarulloh, lagi2 kami beristirahat di wilayah Tegal, kami sholat shubuh dan sarapan di sana..


Setelah kenyang dan kembali bersemangat, kami meneruskan perjalanan pulang, hari uda terang, jadi sepanjang jalan Pemalang-Pekalongan aku melihat anak2 SMA dan SMP berangkat sekolah, hmmm..kangen pake seragam abu2 ^_^
Ah, hari ini hari Senin, aku uda ijin untuk tidak masuk kerja. Tapi, di perjalanan aku teringat dengan pekerjaanku, ini awal bulan, aku sms rekan kerjaku, mengingatkannya untuk meminta rekening Koran dari bank. Jiaaaaaaaaaaahhhh, BAP kas opname menghantuiku.. :’(
Sesampai di wilayah Batang, om-ku mengambil jalur berbeda dari saat berangkat kemaren, kami dibawa melewati daerah pegunungan  Batang. Subhanalloh, indahnya pemandangan di sana


Setelah berhenti di beberapa tempat, akhirnya kami pun sampai di rumah sekitar jam 11an siang. Setelah bersih diri, teparlah saia…
Cerita trip-ku ke Tangerang pun selesai