S.M.S
gambar hasil googling |
Salah satu media komunikasi yang teramat vital dan paling
banyak aku gunakan untuk menghubungi orang, karena alasan sederhana: relatif
murah dan hampir semua orang bisa dan peka dengan media ini.
Sangat berbeda dengan telepon yang butuh modal lebih banyak.
FB? tak semua orang memiliki akun FB dan jarang juga yang peka dengan message
atau postingan wall. Twitter apalagi, orang-orang di sekitarku sepertinya
kurang menyukai twitter. Email? Beuh, mungkin nunggu sampai lumutan. Whatsapp? Nggak
semua ada fasilitas ini, cuma smartphone yang bisa.
Nah, intinya sms tetap masi jadi pilihan pertama untuk
komunikasiku. Dalam dunia per-sms-an, kita berhadapan dengan tulisan, ingat
hanya tulisan, rangkaian huruf2 dan simbol2, tak ada nada atau intonasi. Sehingga
pencitraan atau interpretasi dari pesan dalam sms itu sifatnya sangat dependent
terhadap subyek terutama penerima/pembaca pesan. Terserah pembaca, mau membaca pesan (berimajinasi
intonasi dari pesan) dengan intonasi seperti apa.
Contohnya, ketika ada pesan,”Sudah, tak perlu dibahas lagi!”.
Syah2 saja kalo penerima pesan menginpretasikan pesan ini dengan intonasi marah
karena ada tanda seru (!) di akhir kalimat, karena sesuai EYD, Tanda seru adalah tanda baca yang
biasanya digunakan setelah suatu interjeksi atau
kalimat seruan untuk menunjukkan perasaan atau suara tinggi dan sering menandai
akhir suatu kalimat (Sumber: Wikipedia). Meskipun sebenarnya si pengirim pesan
tidak bermaksud demikian, bisa saja maksud si pengirim pesan hanya ingin
menegaskan permintaannya ini.
Jadi tak heran, jika sering sekali muncul masalah berupa salah
paham karena sms. Aku pribadi, uda sering salah paham karena masalah ini.
Dan selama aku mengenal dunia sms, ada beberapa yang tidak aku
sukai ketika menerima sms dari orang lain. Yah, meski aku tau itu hak setiap
orang, hak asasi setiap orang dalam berkreasi atau berekspresi, gaya dan bahasa
sms ku juga tidak sempurna, aku yakin ada orang yang tidak menyukainya juga.
Tapi, aku juga punya hak prerogatif untuk tidak menyukai gaya dan bahasa sms
orang.
3 hal yang paling tidak aku sukai dari gaya dan bahsa sms adalah:
1.
Bahasa
alay
Bahasa alay yang aku maksud di sini bukan
kata2 alay yang jadi trending topik. Kalo bahasa2 demikian, aku bisa memahami
secara arti, aku tidak anti dengan bahasa2 itu, aku pribadi pun kadang
menggunakannya untuk lucu2an, seperti ciyus, miapah dan yang lainnya.
Bahasa alay yang aku maksud adalah cara menyingkat
atau penggunaan huruf dalam kata2 yang sebenarnya biasa. Bisa dibilang ini
penilaian yang sangat subyektif, tapi lagi2 dengan alasan hak prerogatif, aku
tetap berhak untuk tidak menyukainya.
Contohnya: kata “kalau”, aku terbiasa menyingkatnya “kalo”, jadi ketika ada yang hanya menuliskan “Lo” aku menganggap
ini kata2 alay yang menyebalkan, aku tidak menyukainya, karena kata ini sangat
ambigu buat aku, karena aku seringnya membaca sms sesuai tulisan, jadi aku
bacanya “Lo” sesuai EYD, nah kata “lo” bisa saja aku artikan sebagai kata ganti
orang ke-2 yang bisa menggantikan kata “km”, lo untuk lawan dari gue.
Ini ada beberapa kata yang aku catet
sebagai kata alay yang menyebalkan karena cara menyingkatnya yang sangat tidak
wajar menurutku:
Dn >> ini dari kata “dan”, apa susahnya
coba nambahin huruf a ???
Sgat >> ini dari kata “sangat”, hadu! Kurang
2 huruf aja, kenapa nggak ditulis lengkap aja, nggak enak banget dilihat. Atau pakai
kata “banged” aja lah, jd “bgt” atau “bgd” kalo mau hemat
Perti
>> ini dari kata “seperti”, kurang
cakep kan dilihat dan dibaca
Ngom
>> parah! Mana aku paham ini dari
kata apa. Ngompol? Ngomporin? Ngomong?
It >> wadu, ini bahasa inggris atau apa ya?
rumahX >> jiah, sms sekarang uda murah, tulis
aja “rumahnya”, sumpah! Nggak enak aku bacanya “rumah eks”
pny
>> Pe eN Ye itu apa??? Kenapa huruf konsonan semua? *face palm
unt’ >> wallagh, ini apa lagi maksudnya?
ma’av >> jauh dari EYD, boros pula, tulis “maaf”
aja lah, lebih tulus kelihatannya dan enak di mataku
sat >> geje, nggak paham
in >> yah, english lagi, tambahin 1 huruf
pelit amat, atau dibalik aja deh jadi “ni”
2.
Penggunaan
kata ganti “U” (dibaca: you)
Untuk kata ganti orang ke-2 ini, aku
ngrasa sangat nggak sopan. Coba bayangin orang ngomong live di depan kita pake
kata ini, haduh! Nggak enak banget kan? Aku tau emang jadi hemat, kita cuma butuh
ngetik satu huruf, tapi kalo penerima sms nya seperti aku yang baca sms sesuai
tulisan akan sangat nggak enak, tolong deh, nggak usah sok ke-inggris2an, mana
vocab english-nya cuma di satu kata ini pula. Apa susahnya sih ketik “km” yang
dibaca “kamu”, ini jauh lebih terkesan lebih sopan dan akrab.
3.
Penggunaan
tanda seru (!) dan abjad dengan huruf kapital semua
Penggunaan tanda seru dan huruf kapital,
menurut aku pribadi mengekspresikan orang marah2.
Yah, tapi ini
semua hanya uneg2 aku pribadi. Sangat jarang aku sampaikan pada pengirim sms.
Meski kadang teramat kesal, tapi aku selalu mencoba menahan diri untuk tidak
membuat masalah dan demi menghormati hak orang lain. Aku tak bisa memaksa. Dan juga bukan merupakan
dosa mengabaikan uneg2ku ini.
Apa pun bahasa
sms sender-nya, selama isinya baik aku tetap menghargainya J