Selasa, 12 Februari 2013

bahasa SMS


S.M.S
gambar hasil googling
Salah satu media komunikasi yang teramat vital dan paling banyak aku gunakan untuk menghubungi orang, karena alasan sederhana: relatif murah dan hampir semua orang bisa dan peka dengan media ini.

Sangat berbeda dengan telepon yang butuh modal lebih banyak. FB? tak semua orang memiliki akun FB dan jarang juga yang peka dengan message atau postingan wall. Twitter apalagi, orang-orang di sekitarku sepertinya kurang menyukai twitter. Email? Beuh, mungkin nunggu sampai lumutan. Whatsapp? Nggak semua ada fasilitas ini, cuma smartphone yang bisa.

Nah, intinya sms tetap masi jadi pilihan pertama untuk komunikasiku. Dalam dunia per-sms-an, kita berhadapan dengan tulisan, ingat hanya tulisan, rangkaian huruf2 dan simbol2, tak ada nada atau intonasi. Sehingga pencitraan atau interpretasi dari pesan dalam sms itu sifatnya sangat dependent terhadap subyek terutama penerima/pembaca  pesan. Terserah pembaca, mau membaca pesan (berimajinasi intonasi dari pesan) dengan intonasi seperti apa.

Contohnya, ketika ada pesan,”Sudah, tak perlu dibahas lagi!”. Syah2 saja kalo penerima pesan menginpretasikan pesan ini dengan intonasi marah karena ada tanda seru (!) di akhir kalimat, karena sesuai EYD, Tanda seru adalah tanda baca yang biasanya digunakan setelah suatu interjeksi atau kalimat seruan untuk menunjukkan perasaan atau suara tinggi dan sering menandai akhir suatu kalimat (Sumber: Wikipedia). Meskipun sebenarnya si pengirim pesan tidak bermaksud demikian, bisa saja maksud si pengirim pesan hanya ingin menegaskan permintaannya ini.

Jadi tak heran, jika sering sekali muncul masalah berupa salah paham karena sms. Aku pribadi, uda sering salah paham karena masalah ini.

Dan selama aku mengenal dunia sms, ada beberapa yang tidak aku sukai ketika menerima sms dari orang lain. Yah, meski aku tau itu hak setiap orang, hak asasi setiap orang dalam berkreasi atau berekspresi, gaya dan bahasa sms ku juga tidak sempurna, aku yakin ada orang yang tidak menyukainya juga. Tapi, aku juga punya hak prerogatif untuk tidak menyukai gaya dan bahasa sms orang.
3 hal yang paling tidak aku sukai dari gaya dan bahsa sms  adalah:
1.     Bahasa alay
Bahasa alay yang aku maksud di sini bukan kata2 alay yang jadi trending topik. Kalo bahasa2 demikian, aku bisa memahami secara arti, aku tidak anti dengan bahasa2 itu, aku pribadi pun kadang menggunakannya untuk lucu2an, seperti ciyus, miapah dan yang lainnya.
Bahasa alay yang aku maksud adalah cara menyingkat atau penggunaan huruf dalam kata2 yang sebenarnya biasa. Bisa dibilang ini penilaian yang sangat subyektif, tapi lagi2 dengan alasan hak prerogatif, aku tetap berhak untuk tidak menyukainya.
Contohnya: kata “kalau”, aku terbiasa menyingkatnya “kalo”, jadi ketika ada yang hanya menuliskan “Lo” aku menganggap ini kata2 alay yang menyebalkan, aku tidak menyukainya, karena kata ini sangat ambigu buat aku, karena aku seringnya membaca sms sesuai tulisan, jadi aku bacanya “Lo” sesuai EYD, nah kata “lo” bisa saja aku artikan sebagai kata ganti orang ke-2 yang bisa menggantikan kata “km”, lo untuk lawan dari gue.
Ini ada beberapa kata yang aku catet sebagai kata alay yang menyebalkan karena cara menyingkatnya yang sangat tidak wajar menurutku:
Dn   >> ini dari kata “dan”, apa susahnya coba nambahin huruf a ???
Sgat  >> ini dari kata “sangat”, hadu! Kurang 2 huruf aja, kenapa nggak ditulis lengkap aja, nggak enak banget dilihat. Atau pakai kata “banged” aja lah, jd “bgt” atau “bgd” kalo mau hemat
Perti  >> ini dari kata “seperti”, kurang cakep kan dilihat dan dibaca
Ngom  >> parah! Mana aku paham ini dari kata apa. Ngompol? Ngomporin? Ngomong?
It  >> wadu, ini bahasa inggris atau apa ya?
rumahX  >> jiah, sms sekarang uda murah, tulis aja “rumahnya”, sumpah! Nggak enak aku bacanya “rumah eks”
pny >> Pe eN Ye itu apa??? Kenapa huruf konsonan semua? *face palm
unt’  >> wallagh, ini apa lagi maksudnya?
ma’av  >> jauh dari EYD, boros pula, tulis “maaf” aja lah, lebih tulus kelihatannya dan enak di mataku
sat  >> geje, nggak paham
in  >> yah, english lagi, tambahin 1 huruf pelit amat, atau dibalik aja deh jadi “ni”
2.     Penggunaan kata ganti “U” (dibaca: you)
Untuk kata ganti orang ke-2 ini, aku ngrasa sangat nggak sopan. Coba bayangin orang ngomong live di depan kita pake kata ini, haduh! Nggak enak banget kan? Aku tau emang jadi hemat, kita cuma butuh ngetik satu huruf, tapi kalo penerima sms nya seperti aku yang baca sms sesuai tulisan akan sangat nggak enak, tolong deh, nggak usah sok ke-inggris2an, mana vocab english-nya cuma di satu kata ini pula. Apa susahnya sih ketik “km” yang dibaca “kamu”, ini jauh lebih terkesan lebih sopan dan akrab.
3.     Penggunaan tanda seru (!) dan abjad dengan huruf kapital semua
Penggunaan tanda seru dan huruf kapital, menurut aku pribadi mengekspresikan orang marah2.

Yah, tapi ini semua hanya uneg2 aku pribadi. Sangat jarang aku sampaikan pada pengirim sms. Meski kadang teramat kesal, tapi aku selalu mencoba menahan diri untuk tidak membuat masalah dan demi menghormati hak orang lain. Aku tak bisa memaksa. Dan juga bukan merupakan dosa mengabaikan uneg2ku ini.

Apa pun bahasa sms sender-nya, selama isinya baik aku tetap menghargainya J