Minggu, 17 Februari 2013

Novel: Ayahku (bukan) pembohong


novel Tere Liye
Aku sama sekali tidak tertarik untuk membaca novel karangan Tere Liye berjudul Ayahku (bukan) Pembohong. Melihat sekilas dari cover dan judul, aku sudah bisa menebak inti cerita dari novel ini. Ah, sangat tak menarik pikirku kala pertama melihatnya.

Akan tetapi, belum lama ini, karena hasrat ingin membacaku sedang memuncak dan ada kesempatan membacanya. Aku pun berela hati membaca novel ini. Untuk ide cerita memang benar sesuai dugaanku, judul yang baik adalah yang mampu menggambarkan inti cerita, jadi tidaklah salah penilaian pertamaku sebelum membaca novel ini. Ah, tapi ternyata, dengan besar hati, aku akui, teknik menulis dan segala kemampuan menulis yang dimiliki oleh Tere Liye mampu merobohkan keangkuhanku, aku jatuh hati. Tere Liye melalui setiap kata-katanya mampu menghanyutkan aku dalam cerita ini. Dari cerita novel ini, sebenarnya banyak hikmah yang dapat kita ambil antara lain bagaimana menjadi seorang ayah yang baik, anak yang baik, ibu yang baik, istri dan menantu yang baik, serta bagaiman seharusnya kita menghadapi pengalaman pahit dalam hidup seperti saat dihina dan sebagainya. Namun, ada satu hal yang sangat menarik hatiku. Sejak awal cerita, aku sangat terkesan dengan tokoh Taani dalam novel ini.

Tokoh Taani ini menurut aku pribadi dalam novel berperan sebagai istri dan menantu yang bisa dijadikan teladan (seharusnya memang demikian). Aku sangat terkesan dengan sikap dan cara Taani saat berusaha mengingatkan Dam (suami Taani, tokoh utama) untuk bersikap baik dan mengendalikan diri pada Ayah Dam, serta saat Taani berusaha menenangkan atau mengurangi suasana tegang ketika Dam bersitegang dengan ayahnya. Taani memperingatkan suaminya dengan cara yang halus, melalui genggaman tangan dan tatapan matanya. Ia tak berbicara di depan semua, tetapi caranya sangat efektif untuk mengendalikan emosi suaminya, sehingga caranya tak sedikit pun merendahkan atau menyingung suaminya. menurutku, inilah sikap istri yang sangat dibutuhkan oleh setiap suami. Istri yang menenangkan. 

Sebagai menantu, Taani sangat memperhatikan ayah mertuanya. Ia selalu berusaha mendekatkan anak-anaknya pada ayah mertuanya (kakek dari anak-anaknya), ia tak mau ayah mertuanya ini hidup kesepian di masa senjanya. Taani jugalah yang memaksa agar ayah dam tinggal bersama mereka. Sungguh, aku yakin istri dan menantu seperti inilah yang didambakan oleh setiap orang.
Dan semoga aku bisa meneladani kebaikan dari tokoh ini
Aamiin
J