Minggu, 27 Mei 2012

Be a MOTHER

Dengar orang yang uda terbiasa ngomongin agama, atau terbiasa berkecimpung di lembaga berlabel lembaga dakwah, hal itu bagiku sangat wajar dan uda biasa banget2. Berbeda jauh, ketika aku mendengar atau melihat seseorang yang tampaknya biasa aja atau malah terkesan slenge’an , hal itu akan memberikan kesan yang dalam buat aku, terkagum2 mungkin bahasa yang tepat buat nggambarinnya. Dan meski aku sudah beberapa kali mengalaminya, tetap saja perasaan kagum dan takjub membekas dalam hati..
..Kali ini aku pengen bercerita tentang seseorang yang cukup mengagumkanku..


Aku mengenal seorang ibu muda yang berprofesi sebagai wanita karier di kantoran. Dia sudah memiliki seorang anak laki2 yang baru masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Si Ibu muda ini seorang muslim, belum berjilbab, katanya belum siap, meski begitu jangan buru2 menge-judge-nya sebagai contoh ibu yang kurang baik, tapi aku juga tidak pernah membenarkan alasannya belum berjilbab.

Ibu muda ini menyadari sepenuhnya, dia belum paham ilmu agama, dan dia nggak mau “kebodohannya” itu menurun ke buah hati tercintanya. Oleh karena itu, dia memasukkan anaknya ke PAUD-IT, dia tidak peduli dengan biaya sekolah yang tarifnya lebih mahal dibanding PAUD biasa, dan dia bertekad akan menyekolahkan anaknya di sekolah IT sampai SMP, untuk SMA-nya dia akan membebaskan anaknya mau sekolah di mana, yang ada dalam benaknya, dia harus membekali anaknya dengan agama sampai anaknya punya bekal yang cukup dalam menghadapi dunia fana ini. Ada satu hal lagi yang membuat aku kembali takjub, ternyata dia telah mempersiapkan tabungan untuk pendidikan anaknya. Dia bercita2 menguliahkan anaknya di Mesir, Subhanallah.. bukan Amerika atau Eropa.

Terlebih ketika mendengarkan ceritanya untuk memompa semangat anaknya dalam belajar, berikut ini kurang lebih kata2 yang dia ucapkan kepada Adil (nama panggilan anaknya),

“Sayang, Ibu nggak sedih Adil nggak tau cerita Naruto, tapi Ibu sedih kalo Adil nggak hafal hadist. Ibu nggak sedih Adil nggak tau Power Rangers, tapi Ibu sedih kalo Adil nggak tau Sahabat Nabi. Ibu juga nggak sedih kalo Adil nggak tau lagu band yang lagi ngetop, tapi Ibu bakal sedih banged kalo Adil nggak hafal Surat Pendek (Juz ‘Amma)..”
dan cara dia menjelaskan pada Adil tentang acara tontonan di TV yang saat ini sangat jauh dari Islami, dengan mudahnya anak2 kecil melihat adegan peluk2an bahkan cium2an yang dilakukan oleh orang dewasa yang bukan mahrom, sehingga memancing Adil kecil bertanya, “Mengapa mereka seperti itu? Nggak sholih ya?”,

“Mereka suami istri, Sayang. Kaya’ Ibu dan Abi. Mereka boleh seperti itu. Kalo Adil belum boleh. Bolehnya besok kalo uda nikah”
Caranya dalam mendidik anak, sepenglihatanku cukup sukses. Aku telah melihat dan mendengar celotehan si Adil. Suatu waktu Adil kecil diajak ke kantor. Adil mengingatkan Ibunya yang minum sambil berdiri, caranya pun sangat santun. Ibunya pun sering menceritakan tentang “ulah” Adil yang sering mengingatkan orang2 di sekitarnya;

Adil pernah protes karena Ibunya sering memakai celana, Adil bilang kalo akhwat itu mestinya pake rok, lalu tantenya yang memang biasa memakai rok mini dengan bangganya bilang “Iya, kaya’ Tante ya, Dil?”. Adil pun menjawab dengan polos, “Akhwat itu berjilbab Tante, Tante pake rok pendek, Tante belum sholihah
Ketika Adil sakit karena demam, Adil pun nggak ngeluh. Sang Ibunya pun mencoba menghibur, tapi malah ia mendapat nasehat dari Adil. Adil bilang, “Kalo kita sakit, kita harus sabar, banyak2 istighfar ya Bu..Astaghfirullah..astaghfirullah..”
Subhanallah.. berkali2 kalimat itu yang aku ucapkan mendengar dan melihat tentang Adil dan Ibunya. Jadi dapet ilmu parenting gratis, ;)