Dengar
orang yang uda terbiasa ngomongin agama, atau terbiasa berkecimpung di lembaga
berlabel lembaga dakwah, hal itu bagiku sangat wajar dan uda biasa banget2.
Berbeda jauh, ketika aku mendengar atau melihat seseorang yang tampaknya biasa
aja atau malah terkesan slenge’an , hal itu akan memberikan kesan yang dalam
buat aku, terkagum2 mungkin bahasa yang tepat buat nggambarinnya. Dan meski aku
sudah beberapa kali mengalaminya, tetap saja perasaan kagum dan takjub membekas
dalam hati..
..Kali ini aku pengen bercerita
tentang seseorang yang cukup mengagumkanku..
Aku mengenal seorang ibu muda
yang berprofesi sebagai wanita karier di kantoran. Dia sudah memiliki seorang
anak laki2 yang baru masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Si Ibu muda ini
seorang muslim, belum berjilbab, katanya belum siap, meski begitu jangan buru2
menge-judge-nya sebagai contoh ibu
yang kurang baik, tapi aku juga tidak pernah membenarkan alasannya belum
berjilbab.
Ibu muda ini menyadari sepenuhnya, dia
belum paham ilmu agama, dan dia nggak mau “kebodohannya” itu menurun ke buah
hati tercintanya. Oleh karena itu, dia memasukkan anaknya ke PAUD-IT, dia tidak
peduli dengan biaya sekolah yang tarifnya lebih mahal dibanding PAUD
biasa, dan dia bertekad akan menyekolahkan anaknya di sekolah IT sampai SMP,
untuk SMA-nya dia akan membebaskan anaknya mau sekolah di mana, yang ada dalam
benaknya, dia harus membekali anaknya dengan agama sampai anaknya punya bekal
yang cukup dalam menghadapi dunia fana ini. Ada satu hal lagi yang membuat aku
kembali takjub, ternyata dia telah mempersiapkan tabungan untuk pendidikan
anaknya. Dia bercita2 menguliahkan anaknya di Mesir, Subhanallah.. bukan Amerika
atau Eropa.
Terlebih ketika mendengarkan
ceritanya untuk memompa semangat anaknya dalam belajar, berikut ini kurang
lebih kata2 yang dia ucapkan kepada Adil (nama panggilan anaknya),
“Sayang,
Ibu nggak sedih Adil nggak tau cerita Naruto, tapi Ibu sedih kalo Adil nggak
hafal hadist. Ibu nggak sedih Adil nggak tau Power Rangers, tapi Ibu sedih kalo
Adil nggak tau Sahabat Nabi. Ibu juga nggak sedih kalo Adil nggak tau lagu band
yang lagi ngetop, tapi Ibu bakal sedih banged kalo Adil nggak hafal Surat
Pendek (Juz ‘Amma)..”
dan
cara dia menjelaskan pada Adil tentang acara tontonan di TV yang saat ini
sangat jauh dari Islami, dengan mudahnya anak2 kecil melihat adegan peluk2an
bahkan cium2an yang dilakukan oleh orang dewasa yang bukan mahrom, sehingga
memancing Adil kecil bertanya, “Mengapa mereka seperti itu? Nggak sholih ya?”,
“Mereka suami istri, Sayang. Kaya’ Ibu dan
Abi. Mereka boleh seperti itu. Kalo Adil belum boleh. Bolehnya besok kalo uda
nikah”
Caranya
dalam mendidik anak, sepenglihatanku cukup sukses. Aku telah melihat dan
mendengar celotehan si Adil. Suatu waktu Adil kecil diajak ke kantor. Adil
mengingatkan Ibunya yang minum sambil berdiri, caranya pun sangat santun.
Ibunya pun sering menceritakan tentang “ulah” Adil yang sering mengingatkan
orang2 di sekitarnya;
Adil pernah protes karena Ibunya
sering memakai celana, Adil bilang kalo akhwat itu mestinya pake rok, lalu
tantenya yang memang biasa memakai rok mini dengan bangganya bilang “Iya, kaya’ Tante ya, Dil?”. Adil pun
menjawab dengan polos, “Akhwat itu
berjilbab Tante, Tante pake rok pendek, Tante belum sholihah”
Ketika Adil sakit karena demam,
Adil pun nggak ngeluh. Sang Ibunya pun mencoba menghibur, tapi malah ia
mendapat nasehat dari Adil. Adil bilang, “Kalo
kita sakit, kita harus sabar, banyak2 istighfar ya
Bu..Astaghfirullah..astaghfirullah..”
Subhanallah.. berkali2
kalimat itu yang aku ucapkan mendengar dan melihat tentang Adil dan Ibunya.
Jadi dapet ilmu parenting gratis, ;)