“He’em, bener Mas.”
“TTL,
Temanggung, 25 Juni 1990 ?”
“He’em”
“Status
belum kawin ya?”
“Belum nikah, Mas.”
“Hhaha,
iya sama aja Mbak. Ini alamatnya bener kan?”
“Iya.”
“Pendidikan,
masih mahasiswa ya?”
“S1 Mas, aku uda lulus, uda wisuda
juga.”
“Tahun
90 lho, Mbak???”
“Iya, aku uda lulus kok. Wisuda kemarin
April.”
“Wah,
pinter. Trus sekarang kerjaannya apa? Kuliahnya berapa tahun, Mbak?”
“Sekarang karyawan swasta, Mas. Kuliah kurang lebih 3,5 tahun.”
“Sekarang karyawan swasta, Mas. Kuliah kurang lebih 3,5 tahun.”
“Ambil
apa? Di mana?”
“Akuntansi. Di Unissula Semarang.”
“Kerjanya
di mana Mbak?”
“Di PT WAM.”
“Apa
itu?”
“Perusahaan plywood.”
“Kok,
baru foto sekarang? Malem2 gini?”
“Tadi pagi mpe sore kan kerja, Mas.”
Dan seterusnyaaa..
Jiaaaaaaahhh..
aku dibikin gerah sama pertanyaan
berondong dari petugas kecamatan waktu proses pembuatan e-KTP. Perasaan makin
lama pertanyaannya nggak penting, nggak masuk dalam daftar pertanyaan untuk
KTP. Padahal keadaan badanku gi bener2 lemes. Penglihatanku buram. Aku sengaja
nggak pake kacamata, pikirku di kecamatan cuma bentar, dan waktu sesi
pemotretan pasti kacamata mesti dilepas. Capek karena perjalanan juga masih
membekas. Itu petugas nggak ngerti banget sih kataku dalam hati, sejak pagi aku
tu uda repot gara2 program e-KTP.
Paginya sebenarnya aku
uda datang ke kecamatan sebelum berangkat kerja, niatan mau foto pagi2, coz aku
nggak mau ijin dari kantor, eh.. petugas kecamatannya belum ada. Padahal dengan
aku mampir ke kantor kecamatan, aku terpaksa pake rute muter jauh buat nyampe
ke kantor. Secara rumahku tu cukup jauh dari kantor kecamatan, sedangkan jarak
kantor kecamatan ke kantorku lebih jauh dari pada rumah-kantorku. Tapi lumayan
seh, waktu perjalanan menuju kantor kecamatan, tepatnya saat melewati pasar,
aku liat sosok yang istimewa. Untuk pertama kalinya, aku liat SEORANG TUKANG
JAMU BERJILBAB! Wow, fantastis!
Mungkin kesannya, aku
lebay ya? Tapi, bagiku ini bener2 fantastis! Kamu pasti tau dum, biasanya
seorang tukang jamu pake kostum kaya’ apa? Nggak ngeh??? Yang paling gampang,
liat di TV deh, yang namanya tukang jamu biasanya pake kebaya dan kain yang
mepet, seksi gitu lah, apalagi kesan dari tingkah lakunya, centil..kemenyek..dan
jadi penggoda gitu lah..
Sayangnya, aku nggak
sempet motret tu tukang jamu, padahal mestinya kan bisa di-upload ya? Siapa tau
entar bisa jadi trend buat para tukang jamu yang laen, hhuhu
Sorenya, sepulang dari
kantor, aku kembali ngapelin kantor kecamatan, jadi aku terpaksa menempuh jarak
yang cukup jauh lagi. Dengan kondisi penuh peluh (mulai lebay) aku sampai di
kantor kecamatan pukul 17.32, dan aku syok liat antrean orang2 yang mau bikin
e-KTP juga, aku ambil nomer antrean dapet nomer 130, padahal antrean belum
nyampe angka 100. Hadeeeh! Mending aku pulang dulu, buat mandi, makan dan
sholat.
Pukul 19.20, Jumat-25 Mei 2012
Aku berangkat ke kantor
kecamatan (masyaALLAH, niat banget aku ya bikin e-KTP ???)
Dengan motor, aku
menembus dinginnya hawa malam Gunung Sumbing. Pukul 19.35 aku tiba di kantor
kecamatan, alhamdulillah antrean tinggal dikit. Dan yang mesti dicatet pake
tinta silver: aku dapet giliran
terakhir!
Tepat banged yach, buat
dijadiin closing cerita ;)