Senin, 19 November 2012

Rumah Tangga juga ada teorinya (ilmunya)


[1] Kebanyakan manusia ktk hendak menjalin suatu hubungan RT sering terkecoh dg slogan "Aku bisa menerimamu apa adanya,apapun kekuranganmu".

[2] Mereka tidak bisa membedakan slogan tsb sbg teori di atas kertas dg aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

[3] Sebenarnya, teori-teori hubungan semacam itu tidak bermasalah, sah-sah saja, sbg penguat 'azam (tekad) utk mengarungi hidup bersama.

[4] Tp,akan mjd bermslh bila msing2 pihak malah bersandar dg teori tsb hingga tak mampu/tak mau mnunaikn hak & kwjbn keRTan. Maksudnya bgmn?

[5] Contoh: Seorg calon suami mengatakan dg jujur kpd calon istrinya bhw dia adlh lelaki yang miskin, tidak punya apa2, bhkn blm pny pkrjan

[6a] "Kemudian si calon istri, dengan berbekal teori "rela menerima segala kekurangan pasangan", dia mengatakan:

[6b] "Apapun adanya dirimu, aku menerimamu dg ikhlas. Aku tidak perduli meski dirimu belum punya pekerjaan. Yang penting nikahilah aku...."

[7] Stlh nikah,bskah suami alasan dg "kekurangannya yg tlh ditrima oleh istri" utk dia tdk mberi nafkah materi pd istri&anak2nya? Tentu tdk!

[8] Inilah yg dimksd,scr teori diats kertas, blh sj istri rela mnrima sgl kkurangan suami,nmun dlm praktiknya,suami ttap hrs tampil"smpurna"

[9] tampil sempurna yg dimaksud layaknya tidak memiliki kekurangan (terkait penunaian hak dan kewajiban).

[10] Pd kasus di atas, suami blh sj mengaku memiliki kekurangan ekonomi, tp dlm aplikasi nyata dia hrs tetap mberi nafkah ekonomi bg klrgnya

[11] Cntoh lain:Si calon istri mngaku ia sm skali tdk bs mmasak.Dia sngt buta dg urusan dapur.Sbab,sejak kcl ia tdk diajari ortunya ke dapur

[12a] Kemudian si calon suami mengatakan, "Aku menerimamu apapun adanya dirimu, dengan segala kekuranganmu.

[12b] Aku tidak perduli meski kamu tak bisa masak. Aku tetap mencintaimu, dan aku ingin menikahimu......"

[13] Setelah menikah, bisakah si istri beralasan dg "teori kekurangannya" untuk dia tidak menyiapkan keperluan makan suami dan anak-anaknya?

[14] Bisakah si istri bermalas2an di tempat tidur dikala pagi, jgnkan menyiapkan sarapan buat suami,secangkir kopi pun tidak? Tentu tdk bs !

[15] Istri blh sj memiliki kkurangan,namun dlm praktik nyata dia hrs tampil sempurna sbg seorg istri yg baik (terkait penunaian hak & kwjbn)

[16] Dalam kasus ini, istri tetap harus berusaha memasak, menyiapkan segala keperluan makan dan minum suami serta anak-anaknya.

[17] Ini semua menunjukkan bahwa "teori di atas kertas" tidak selamanya sejalan dengan "aplikasi lapangan" dalam praktik nyata.

[18] Kkurangan blh ada. Tp,dlm praktik riilnya,suami & istri hrs memupus sgl kkurangan tsb,serta tampil "sempurna" dlm penunaian hak & kwjbn

[19] Skali lg,dlm hal penunaian hak&kwjbn. Adapun kkurangan yg brsifat kodrati & diluar penunaian hak & kwjbn, mk tdk msuk dlm pmbahasan ini

[20] Ini perlu dipahami.Supaya ikhwan & akhwat yg hndak mnjalani ikatan RT tdk terkecoh dg slogan "menerima kekurangan" calon pendamping hdp

[21] Harus dipilah, kekurangan yang seperti apa, serta bagaimana implikasinya terhadap penunaian hak dan kewajiban.

[22] Jgn sampai menyesal di kmdian hr krn memiliki psangan hdp yg slu bersandar pd kkurangannya hingga tak mau mnunaikan hak & kwjbn dg baik

[23] Bkn teorinya yg slh. Tp cra pandang & aplikasi riil dr teori tsb yg hrs dibenahi.Sbab,tak bs dipungkiri,sgl sesuatu ada teorinya (ilmu)

[24] Yg prlu digaris bwhi adlh,jgn smp teori "mnerima kkurangan" psangan mnjdkn seseorg lemah & tdk brusaha smpurna dlm pnunaian hak & kwjbn

*Retweet dari  @keluarga_samara