[1] Kebanyakan manusia ktk hendak menjalin suatu
hubungan RT sering terkecoh dg slogan "Aku bisa menerimamu apa
adanya,apapun kekuranganmu".
[2] Mereka tidak bisa membedakan slogan tsb sbg teori di
atas kertas dg aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
[3] Sebenarnya, teori-teori hubungan semacam itu tidak
bermasalah, sah-sah saja, sbg penguat 'azam (tekad) utk mengarungi hidup
bersama.
[4] Tp,akan mjd bermslh bila msing2 pihak malah
bersandar dg teori tsb hingga tak mampu/tak mau mnunaikn hak & kwjbn
keRTan. Maksudnya bgmn?
[5] Contoh: Seorg calon suami mengatakan dg jujur kpd
calon istrinya bhw dia adlh lelaki yang miskin, tidak punya apa2, bhkn blm pny
pkrjan
[6a] "Kemudian si calon istri, dengan berbekal
teori "rela menerima segala kekurangan pasangan", dia mengatakan:
[6b] "Apapun adanya dirimu, aku menerimamu dg
ikhlas. Aku tidak perduli meski dirimu belum punya pekerjaan. Yang penting
nikahilah aku...."
[7] Stlh nikah,bskah suami alasan dg "kekurangannya
yg tlh ditrima oleh istri" utk dia tdk mberi nafkah materi pd
istri&anak2nya? Tentu tdk!
[8] Inilah yg dimksd,scr teori diats kertas, blh sj
istri rela mnrima sgl kkurangan suami,nmun dlm praktiknya,suami ttap hrs
tampil"smpurna"
[9] tampil sempurna yg dimaksud layaknya tidak memiliki
kekurangan (terkait penunaian hak dan kewajiban).
[10] Pd kasus di atas, suami blh sj mengaku memiliki
kekurangan ekonomi, tp dlm aplikasi nyata dia hrs tetap mberi nafkah ekonomi bg
klrgnya
[11] Cntoh lain:Si calon istri mngaku ia sm skali tdk bs
mmasak.Dia sngt buta dg urusan dapur.Sbab,sejak kcl ia tdk diajari ortunya ke
dapur
[12a] Kemudian si calon suami mengatakan, "Aku
menerimamu apapun adanya dirimu, dengan segala kekuranganmu.
[12b] Aku tidak perduli meski kamu tak bisa masak. Aku
tetap mencintaimu, dan aku ingin menikahimu......"
[13] Setelah menikah, bisakah si istri beralasan dg
"teori kekurangannya" untuk dia tidak menyiapkan keperluan makan
suami dan anak-anaknya?
[14] Bisakah si istri bermalas2an di tempat tidur dikala
pagi, jgnkan menyiapkan sarapan buat suami,secangkir kopi pun tidak? Tentu tdk
bs !
[15] Istri blh sj memiliki kkurangan,namun dlm praktik
nyata dia hrs tampil sempurna sbg seorg istri yg baik (terkait penunaian hak
& kwjbn)
[16] Dalam kasus ini, istri tetap harus berusaha
memasak, menyiapkan segala keperluan makan dan minum suami serta anak-anaknya.
[17] Ini semua menunjukkan bahwa "teori di atas
kertas" tidak selamanya sejalan dengan "aplikasi lapangan" dalam
praktik nyata.
[18] Kkurangan blh ada. Tp,dlm praktik riilnya,suami
& istri hrs memupus sgl kkurangan tsb,serta tampil "sempurna" dlm
penunaian hak & kwjbn
[19] Skali lg,dlm hal penunaian hak&kwjbn. Adapun kkurangan
yg brsifat kodrati & diluar penunaian hak & kwjbn, mk tdk msuk dlm
pmbahasan ini
[20] Ini perlu dipahami.Supaya ikhwan & akhwat yg
hndak mnjalani ikatan RT tdk terkecoh dg slogan "menerima kekurangan"
calon pendamping hdp
[21] Harus dipilah, kekurangan yang seperti apa, serta
bagaimana implikasinya terhadap penunaian hak dan kewajiban.
[22] Jgn sampai menyesal di kmdian hr krn memiliki
psangan hdp yg slu bersandar pd kkurangannya hingga tak mau mnunaikan hak &
kwjbn dg baik
[23] Bkn teorinya yg slh. Tp cra pandang & aplikasi
riil dr teori tsb yg hrs dibenahi.Sbab,tak bs dipungkiri,sgl sesuatu ada
teorinya (ilmu)
[24] Yg prlu digaris bwhi adlh,jgn smp teori
"mnerima kkurangan" psangan mnjdkn seseorg lemah & tdk brusaha
smpurna dlm pnunaian hak & kwjbn
*Retweet dari @keluarga_samara