Saat kerja, aku pernah diajarin atasanku untuk menyobek kertas hasil
kerjaku yang tidak jadi digunakan. Awalnya aku enggan menurutinya. Pikirku,
sayang, terlalu mubadzir. Kertas baliknya menurutku masih bisa aku gunakan.
Kertas-kertas hasil print yang tak jadi gunakan, akhirnya aku tumpuk di tempat
kertas, aku tumpuk dan tumpuk, simpan, siapa tau kapan-kapan butuh kertas buat
alat bantu sekedar coret-coretan.
Suatu hari, aku bingung sendiri dengan tumpukan kertas-kertas
tersebut. Kadang bercampur dengan file yang akan aku gunakan. Bingung, bingung
dan bingung.
Aku baru paham, ternyata ini yang dimaksud atasanku.
Kita akan bingung dengan sampah kita sendiri.
Mengapa harus disobek???
Karena aku kerja sebagai accounting, aku mengolah data keuangan perusahaan yang sifatnya sangat RAHASIA, jadi dalam membuang sampah file pun harus hati-hati. Jangan sampai orang lain bisa membaca isi data.
Sekarang, tanpa ragu, aku menyobek kertas hasil print yang ternyata
belum tepat isi laporannya atau hasil print yang hanya aku gunakan untuk alat
bantu meng-input data ke GL.
Mubadzir? Sayang?
Ah, tidak lagi aku merasakannya, karena aku tak mau dibingungkan
dengan sampah kertas di masa mendatang.
Yeuph, mungkin seperti ini juga kurang lebih seharusnya sikap yang
harus aku ambil dalam melihat masa lalu. Hal-hal yang tak perlu aku ingat,
buang jauh-jauh, sobek-sobek dan hancurkan dulu kalo perlu, biar aku tak bisa
membacanya lagi. ;)