"Ukhibukifillah, ukhty.."
Sudah cukup lama mata dan telinga ini akrab dengan ungkapan ini. Sudah cukup banyak pula, teman-teman akhwat yang menyampaikan kalimat ini kepada ku.
Dulu, ketika aku masih berpadu dengan komunitas 'akhwat' di kampus dan masih aktif datang ke mentoring, begitu sering 'gombalan' ini aku terima. Dulu rasa yang ada adalah bahagia dan terharu memiliki kawan, senior dan junior yang 'romantis'. Terutama aku merasakan kenyamanan yang teramat sangat, karena merasa memiliki senior-senior yang mampu mengayomi dan tak jarang membagi nasehat yang mampu mendinginkan hati yang merasakan kerontangnya rasa karena jauh dari keluarga tercinta.
"Ukhibukifillah, ukhty..", ungkapku untuk membalas cinta mereka.
Subhanalloh
Alhamdulillah
Saat itu hanya dua kata itulah yang kurasa yang bisa dan patut kuucap untuk keadaan itu.
Karena suatu hal dan beberapa hal, aku memutuskan keluar dari komunitas itu, meski aku tidak menghilang lenyap, tapi aku mengambil langkah mundur secara pasti. Resign secara resmi aku sampaikan pada murrabi-ku meski hanya via sms. Tanggapan dari murrabi tidak langsung aku terima. Entah apa alsannya aku tidak tau. Namun, dengan sms itu, aku memutuskan secara sepihak bahwa aku telah resmi keluar. Beberapa hari kemudian,baru aku menerima balasan. Murrabi-ku memberikan penawaran lagi untuk bergabung. Aku berteguh hati untuk menolaknya. Murrabi lamaku juga menghubungiku, beliau menawarkan opsi aku bisa kembali ke kelompok lama supaya aku bisa tetap ikut mentoring. Bismillah, aku tetap pada pendirianku untuk keluar. Bujukan dari beberapa pihak pun datang. Tapi aku tetap pada pendirianku.
Di saat itu, aku teringat ucapan dari salah satu temanku, " Jangan melandaskan cinta hanya karena organisasi, tapi cintailah saudara mu benar-benar karena ALLAH".
Otak nakal ku berfikir, apakah "Ukhibukifillah" yang sering aku terima benar-benar lahir dari hati karena ALLAH, atau sekedar sebuah ucapan GOMBALAN ya?????????
Hati kecilku, berteriak "Semoga bukan rayuan gombal"
Hmmm, okelah.. sepertinya hatiku gak perlu berdialog sendiri dengan berbagai kemungkinan yang gak jelas. Tinggal tunggu sajalah reaksi dari orang-orang sekitar atas keputusanku.
Aku pun dengan rasa ringan, mencoba sebiasa mungkin melangkahkan kaki ini ke kampus dan mencoba sebiasa mungkin ketika bertemu dengan senior-senior akhwat ku.
Apa yang aku terima???
Sikap dingin. Air muka para senior yang sangat jauh berbeda. Keberadaanku seolah-olah tak dianggap.
Yang masih sangat melekat dalam ingatanku, ketika aku datang ke masjid berdua dengan teman yang kebetulan dia masih ikut mentoring, salah satu senior bertanya pada temanku, "Kok sendirian ?". Deg! Dadaku terasa sesak. Allohurobb, tak salahkah aku mendengarnya??? Aku benar-benar tak menyangka. Kalimat itu terucap dari lisan salah satu seniorku yang cukup aku kagumi karena kelembutannya dan kewibawaannya (DULU!)
Ingin rasanya aku membalas perlakuannya dengan tak menyapanya. Tapi segara aku ber-istighfar, mataku melihat kelebat jilbab yang ku kenakan. Aku tidak boleh melakukannya. Ampuni aku ya Robb..
Dengan perasaan perih, aku mencoba untuk tetap bersikap biasa. Menyapanya, meski aku lihat matanya tak mau melihat ke arahku. Dia sibuk berbasa-basi pada temanku. Sikap ramah yang dulu pernah aku terima rasakan. Sikap penuh simpati dan kepedulian yang dulu mampu memompa semangatku.
Aku muslimah! Aku tidak boleh kalah!
Kalimat itulah yang sering aku ucapkan pada diriku sendiri untuk meeguhkan hatiku.
Ingin sekali aku sampaikan pada mereka:
"Aku memang telah keluar dari komunitas ini, tapi aku TIDAK KELUAR dari agama ini. Dan aku punya alasan kuat mengapa aku keluar dari komunitas ini, yang insyaALLAH baik menurutku.
Ingatlah, hadist arba'in ke-13, yang mungkin telah kalian hafal di luar kepala: "Seorang di antara kalian tidak (dikatakan) beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri", dan ingatlah dalam QS Al-hujurat: 10, Allah telah memberikan definisi "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara". Jadi menurutku, karena aku masih beriman sepenuhnya kepada ALLAH, dan semoga kalian masih beriman..berarti kita masih bersaudara.
Sekarang aku ingin bertanya, "APA YANG MEMBUAT SIKAP KALIAN BERUBAH?"
Mana ukhuwah yang dulu sering kalian koar-koarkan?
Mana cinta yang dulu sering kalian ucapkan?"
Maaf, kalau pada akhirnya aku menyimpulkan secara sepihak, bahwa ucapan "Ukhibukifillah" yang aku terima dari kalian bukan cinta karena ALLAH, tapi justru yang aku tangkap "Aku mencintai mu karena kamu bersamaku di wajihah ini, karena kita bersama-sama ikut mentor ini".
Cinta kalian rapuh layaknya gelembung-gelembung sabun..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar