S E M A R A N G
Kota dengan sejuta kenangan buatku. Sejak awal 2008, aku mulai akrab dengan kota kompleks ini. Terlalu bingung aku kalau harus mendeskripsikan kota ini, karena terlalu banyak yang pengen aku kritisi ;)
Yang pertama akan aku bahas adalah mengenai banjir. Yeuph, Semarang yang terkenal dengan suhu panasnya ini, sangat terkenal juga dengan banjirnya. Ironis memang, PANAS vs BANJIR! tapi, ini kenyataan. Gambar di atas aku jepret tepat di depan Gedung Keuangan Negara, tepatnya di Jalan Pemuda 1-4, di area Nol Kilometer Kota Semarang. Waktu kejadian pagi mendekati pukul 8 pagi, genangan di depan Perkantoran bergengsi tempat para pejabat itu terjadi akibat hujan cukup deras pada malam harinya.
Awal merantau di Kota Atlas ini, aku pun menjadi korban banjir. Aku sempat nge-kost di kawasan yang sangat rawan banjir. Hhaha, aku sempat nangis, beneran nangis, aku nggak nyangka nasibku se-mengenaskan itu. Bayangkan..bayangkan..cukup dibayangkan saja tidak perlu dipraktekkan, aku, yang asli dari kawasan pegunungan sejuk tepatnya dari daerah BERsih SEjuk dan NYaman Untuk Masyarakat (Temanggung BERSENYUM-read) harus mengalami kerasnya hidup di daerah panas dan banjir..oh..NO.. :'(
Kalau datang ke Semarang dan hanya mengunjungi kawasan Simpang Lima, atau sekedar muter2 ke mall2 yang ada di kota ini. Jelas, tentu tak akan menemukan wajah banjir Semarang. Tapi, ketika musim penghujan terus menyempatkan diri berjalan2 ke daerah Johar..lihatlah pemandangan yang menyedihkan, Semarang terendam. Lalu berjalan lagi lah ke arah utara (daerah Stasiun Tawang), hmm..pemandangan semakin tak nyaman untuk dilihat. Dan teruskanlah berjalan ke arah Terminal Terboyo yang konon adalah terminal terbesar Kota Semarang. Pemandangan kumuh dan banjir akan semakin tampak jelas.
Semisal aku dimintai ide atau sekedar opini tentang bagaimana cara menanggulangi banjir di kawasan Johar-Kaligawe. Aku pun sebenarnya juga bingung, karena memang penyebab banjirnya pun sangat kompleks. Kawasan paling utara dari Semarang ini, memang dekat dengan laut. Yah, seperti yang kita ketahui akibat global warming, laut mengalami kenaikan, kekuasaan daratan di sekitar laut dikudeta oleh si laut. Dan entah ya, aku kurang mengerti karena bukan bidangku, di kawasan ini sering terjadi rob saat air laut pasang, jadi meski hujan nggak turun pun banjir bisa datang ngapelin warga.
Selanjutnya, aku perhatikan, entah karena pengaruh apa ya, aku nggak terlalu tau, kawasan ini bisa aku bilang kumuh. Gaya hidup masyarakatnya aku lihat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Pada dasarnya, ini daerah emang sudah banyak debu, ditambah masyarakat kalau buang sampah sembarangan. Lihat sajalah sungai2 di kawasan ini, hadu..sangat memprihatinkan, sudah debit airnya nggak lancar ditambah tumpukan sampah dan limbah cair, membuat polusi udara dan pemandangan!
Dan aku perhatikan lagi, semoga untuk yang kali ini aku salah. Aku kok melihatnya, pemkot sepertinya kurang memperhatikan masalah ini. Atau mungkin karena pemkot sudah merasa jenuh ya dengan masalah ini?????
Justru yang aku lihat, pembangunan yang dilakukan itu hanya dilakukan untuk membenahi kawasan yang sebenarnya sudah cukup lah, tak perlu dibenahi seserius itu. Jalanan yang hancur akibat banjir, malah sepertinya kurang diperhatikan.
Harapan aku sih, semoga para sarjana teknik lingkungan atau lainnya yang ada di negeri ini bisa menanggulangi masalah ini, sehingga kelak kawasan ini bisa mencicipi rasanya hujan dengan perasaan nyaman tanpa khawatir banjir akan datang menyapa.. :)