Benar aku menyukaimu. Benar aku
menginginkanmu. Dan benar, benar untuk semua dugaan mu selama ini aku memendam
rasa untuk mu. Bukan karena aku pengecut saat aku tak menyampaikan rasaku (langsung)
pada mu. Bukan karena aku ingin menjadi pecundang saat aku memilih diam
mengamati mu dari kejauhan. Bukan karena aku tak mau untuk sekedar memberikan
perhatian kepada mu. Juga bukan karena aku tak sanggup saat aku tak ikut
melakukan apa yang kamu lakukan, dan aku juga tak mau ikut menyukai apa yang
kamu suka.
Untuk apa aku
menampakkannya? Dan untuk apa aku melakukannya?
Hanya untuk meyakinkanmu
bahwa aku memiliki rasa itu? Dan hanya sekedar membuat bayangan palsu saat aku
ikut menyukai apa yang kamu suka? Atau hanya untuk memberikan berita
kepada semesta bahwa aku menyukaimu? Lalu semua akan melihatku, menatapku,
membicarakanku, bahkan mungkin menertawakan dan mencibirku, menunggu saat-saat
aku akan kalah, menunggu saat aku akan patah.
Tidak.
Aku tak akan membiarkan
semesta melihat ke arahku dengan tatapan simpati atau belas kasihan karena aku
terluka, patah. Aku tak mau .
Tapi, bukan karena aku tak mau patah dan kalah berarti rasaku tak ada.
Rasaku untukmu tetap ada dan nyata. Aku memiliki cara sendiri untuk semua rasaku ini. Dan (mungkin) hanya akan menjadi nyata untukmu, saat aku (telah) kamu miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar