Subjet:
Aih, dari GM pindah ke rekan kerjaku lain y? Staf accounting di
kantor pusat (jakarta) kemaren PHP-in aku, bener-bener PHP ini. Aku kan bantu
bikin file untuk program 2013nya, karena dia nggak bisa. Masa’ di whatsapp dia
message gini, “Uda bisa Anne,makasih y, aduh, kalo deket aja kamu saya traktir
deh.”. Arrrggghhhh..kami kan AKAP (Antar kota Antar Provinsi) -_________-
Ahhhaha..tumben kamu gampang nyerah?
Padahal aku uda nyiapin banyak amunisi, hhehe. Aku bukannya mau
berlebihan ya Anin, tapi rasanya semesta pun sepakat, yang namanya perasaan
sulit untuk diatur. Kamu sudah baca novel Tere Liye “Daun yang jatuh tak pernah
membenci angin” kan? Sangat rumit sayang, meski kadang sudah jelas, sejelas
bulan purnama di malam yang gelap, tetap saja penyelesaiannya masih rumit.
Aku tau. Aku sadar. Tapi, tetap tenang An. Aku sudah berjanji pada
diriku sendiri, aku tak mau terus begini. Meski hati aku (mungkin) saat ini dan
entah sampai kapan akan terus menggemakan nama Ardhian, suatu saat nanti jika
memang keadaannya masih menggantung seperti ini, aku akan beranjak, layaknya
daun yang jatuh, aku akan berusaha menerima takdir, aku akan membuka hatiku
untuk orang lain, aku akan membangun cinta, bukan jatuh cinta (lagi).
Ahhaaha, kritikanku, semena-mena y? :D
Ok2, insyaAllah dengan senang hati aku akan stalking (lagi) demi
kamu, pekerjaan yang aku senangi, mengintai orang, padahal ada hadist yang
melarang ya? Eh, tapi ini kan demi calon suami y, jadi halal.
Owh, iya jadi inget, kemaren Ahad, aku habis kondangan ke tempat
temen SMA. Dan kamu tau? Saat mereka penjajakan, aku juga yang diminta menilai
si cowok. Aku jadi berasa punya profesi baru ini. Padahal aku sendiri belum
nikah -___-
Soal perjodohan yang itu. Kamu lupa? Aku kan pernah nangis-nangis
waktu itu. Gila! Waktu itu aku sedang pusing dengan skripsi, eh..malah ada
balada perjodohan segala.
OK lah, flash back sejenak.
Sejak pertama si pembawa sang calon datang ke rumah (adeknya eyang
buyutku) dan bertanya apakah aku sudah punya pacar atau calon, aku langsung
lemes, aku rasanya sudah bisa menebak arah pembicaraan.
Waktu itu rasanya aku pengen bilang, “Sudah!”, tapi aku juga tak
mau berbohong. Kenyataannya emang aku belum pernah pacaran. Demi menghormati
beliau dan menjaga kehormatan keluargaku, aku pasrah, aku meng-iyakan. Ketika di
rumah, aku benar-benar pasrah. Aku terima saja foto si calon yang diberikan. Lumayanlah
secara fisik.
Akan tetapi, saat di semarang, aku berpikir dan hasilnya menangis.
Hey, katanya pria itu bilang, “Saya mencari istri yang sholehah, agar saya
merasa aman dan nyaman ketika kerja di luar negeri, karena istri saya pasti
akan tetap di rumah dengan tenang.”.
Hati kecilku berontak mendengarnya, “Hey, saya tak hanya butuh
status! Saya butuh seorang imam!”, aku nggak mau, aku dinikahi lalu dibawa
pergi ke rumahnya di Makassar (jauh dari keluarga) dan lantas suamiku pergi ke
luar negeri untuk kerja. Waktu itu keluargaku seolah-olah udah benar-benar
setuju. Dan sudah mempersiapkan semuanya. Aku tak mungkin menolak. Yah,
alhmadulillah akhirnya perjodohan itu gagal, meski sampai detik ini pun aku tak
tau alasan gagalnya. Keluargaku tak mau memberitahuku. Tapi, aku sangat
bersyukur.
Kenapa aku sangat membenci perjodohan yang pertama itu?
Karena aku menganggap perjodohan itu adalah pintu gerbang deritaku
perihal jodoh. Sejak saat itulah aku mulai mendapat tekanan dari keluarga
perihal jodoh. Kamu tau kan, sudah berapa kali keluargaku mencoba menjodohkan
aku. Dan entah, setiap calon yang ditawarkan keluarga selalu hati aku menolak. Aku
selalu merasa mereka tak cocok dengan aku. Dan yang paling utama mengenai
kemapanan agama mereka. Kamu taulah, aku keras kepala untuk yang satu ini (eh, atau
jangan-jangan aku memang keras kepala untuk semua hal ya?). Aku sulit menemukan
sosok orang yang benar-benar bisa aku percaya terkait manhaj agama, aku takut
mereka mengkhianatiku.
Yah, dan mau tak mau aku kembali membandingkannya dengan Ardhian. Sampai
detik ini, hanya Ardhian lah yang bisa aku handalkan. Dia begitu sempurna untuk
sosok imam yang aku harapkan. Agamanya mapan, dan dia sudah tau banyak tentang
aku, dan yang terpenting aku suka cara dia memperlakukan aku.
Baca:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar